Rabu, 31 Desember 2008

Standar Proteksi Petir di Lingkungan Migas Indonesia


Ayo sebutkan standar Proteksi Petir di lingkungan Migas Indonesia :
  1. IEC 61024 - 1/1990 (selalu diperbaharui ...) tentang proteksi terhadap sambaran petir
  2. IEC 61312 /1995 (selalu diperbaharui ...) tentang proteksi terhadap impuls elektromagnetik
  3. NFPA 780 (selalu diperbaharui ...) tentang standar Proteksi PetirAmerika (masih dipakai pa nggak yaa???)
  4. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (selalu diperbaharui ...)
  5. SNI Sistem Proteksi Petir 2006 (selalu diperbaharui ...)
  6. ... apa lagi yaa ...

Tempat Hunting Spare Part Proteksi Petir di Jakarta Indonesia



  1. Toko-toko listrik di Pasar Kenari Lama-Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat (Merk Apa saja (Dehn, OBO, ... - tapi yo perlu waspada Bawa Arreter Tester Kalau hunting kesana, siapa tau dapat Arrester Bekas/ Failed :)

  2. PT. Zeus Prima Garda (Produk PRIMA)
    http://www.zeusprima.com/
    Jl: Mampang Prapatan XV . No: 18 Jakarta Selatan-12790 - Indonesia
    Tel: +62-21- 700.95480 / 709.69810 / 798.8443 Fax :+62-21- 798.8443
    email :
    contact@zeusprima.com zeusprima@yahoo.com cws3@indosat.net.id

  3. PT. Aman Berkah Sejahtera (Produk ERICO)
    http://www.petir.com/
    Puri Niaga Blok K7/2NJl. Puri Kencana Kembangan SelatanJakarta 11610, IndonesiaTelp.: 6221-5823571-72Fax. : 6221-5823573

... dan masih banyak re-seller juga...

Produk Proteksi Petir Indonesia - Besutan Anak Bangsa


Sekarang tidak perlu ragu lagi memakai produk Proteksi Petir Indonesia - Besutan Anak Bangsa (Master Petir Indonesia). Kalau mau tau yaa, "Bandara Changi - Singapore" juga memakai Design Proteksi Petir Karya beliau-beliau ini .. Hebat!!!

Software untuk men-Design LPS (Lightning Protection System)


Ada beberapa software Instant yang bisa digunakan untuk men-Design LPS

Disarikan dari http://www.erico.com/

Minggu, 28 Desember 2008

Petir, Musibah atau Berkah?

Di negara Eropa atau Amerika, petir menjadi momok yang menakutkan bagi peralatan elektronik. Ini berbeda dengan negara kita. Padahal Indonesia merupakan negara dengan hari guruh tertinggi.Kondisi meteorologis Indonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir. Menurut Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro, ahli petir dan direktur PT Lapi Elpatsindo, ada tiga syarat untuk timbulnya petir."Ada udara naik, kelembapan, dan partikel bebas atau aerosol," katanya. Ketiga syarat itu terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim. Udara naik ada karena sebagai negara tropis, panas menyinari tanah sehingga ada pergerakan udara ke atas; lembap, jelas ya, sehingga dengan adanya kelembapan, udara yang naik menjadi basah dan bisa membikin awan; sementara sebagai negara kepulauan tidak akan kekurangan partikel bebas karena bisa disuplai dari air laut atau industri seperti pabrik semen.Sayang, Indonesia belum memiliki kesadaran betapa berbahayanya petir bagi umat manusia. Atau, bisa jadi, Indonesia belum mendata kerugian akibat petir. Yang jelas, mengutip dari Badan Pemadam Kebakaran Austria, kerugian karena sambaran petir tiap tahun cenderung naik. Jika tahun 1981 kerugian akibat sambaran langsung berjumlah 34 dengan nilai kerugian dalam 1.000 OS (setara Rp 9.000,-) sebesar 7.490 dan sambaran tidak langsung berjumlah 16.049 dengan nilai kerugian dalam 1.000 OS sebesar 27.677, maka satu dekade kemudian meningkat menjadi 59 dengan nilai 12.219 (sambaran langsung) dan 25.685 dengan nilai sebesar 75.016.Sementara di Jerman, statistik kerusakan akibat sambaran petir (28,7%) jauh di atas bencana alam lainnya seperti banjir (7,1%), kebakaran (6,5%), atau badai yang cuma 0,6%. Induksi Lebih BerbahayaTentu saja petir tidak bisa dianggap musibah, sebab petir merupakan bagian dari sirkuit global."Bumi itu mirip kapasitor. Antara ionosfer dan Bumi, jika langit cerah, ada arus listrik yang berasal dari ionosfer (bermuatan positif) ke Bumi yang bermuatan negatif. Arus ini mengalir terus," kata Zorro.Anehnya, Bumi tidak terbakar juga. Ternyata ada awan petir, yang menjadi penyeimbang, karena bermuatan positif dan negatif. "Yang positif turun ke Bumi, yang negatif naik ke ionosfer," tambah Zoro.Selain itu, petir merupakan suatu proses alam penyebab fiksasi nitrogen yang menghasilkan unsur nitrogen. Nitrogen sangat penting artinya bagi tumbuhnya pohon dan mengisi sekitar 4/5 atmosfer Bumi. Setiap tahunnya petir menyumbang 10 juta ton nitrogen!Namun, tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awan cumolo nimbus yang bisa menghasilkan petir. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik dari satu awan cumolo nimbus ke awan lainnya, atau dari sebuah awan langsung menuju Bumi. Yang terakhir inilah yang akan membawa malapetaka. Bayangkan saja jika muatan yang dibawanya dalam sepersekian detik bisa mencapai sebesar 100 juta volt. Bandingkan dengan kursi listrik untuk mengeksekusi penjahat, yang hanya bermuatan ribuan volt.Selain mengalirkan arus impulsnya ke tanah (sambaran langsung), petir juga memancarkan energinya berupa gelombang elektromagnetik atau lightning electromagnetic pulse (sambaran tidak langsung). Dengan berkembang pesatnya peralatan elektronika dan mikroelektronika beberapa dekade terakhir ini, sambaran tidak langsung menjadi momok yang menakutkan meski mengenai tempat yang jauh (sampai 2 km). Ketakutan itu karena radiasi, induksi, dan konduksi dari gelombang elektromagnetik tadi.Kerusakan instalasi komputer di Koln, Jerman, pada tahun 1989 bisa menjadi ilustrasi. Sebuah gedung tersambar petir. Sekitar 100 m dari situ terdapat gedung komputer. Akibat kenaikan tegangan yang disebabkan oleh sambaran petir tersebut, komputer menjadi rusak. Biaya perbaikan perangkat komputer menelan Rp 1 miliar, tetapi kerugian karena tidak bekerjanya komputer mencapai Rp 4 miliar.Untuk mengatasi hal tersebut, infrastruktur yang membutuhkan tenaga listrik, telekomunikasi, dan proses data (seperti komputer dan sistem informasi) perlu diberi proteksi (lightning protection system, LPS). Selain itu juga semakin perlu sistem pelacak petir (lightning position & tracking system, LPATS) Mahal, tapi Ingat ManfaatnyaTempat-tempat dengan tingkat sambaran tinggi (baik frekuensi maupun intensitasnya) perlu mendapat prioritas pertama dalam penanggulangannya. Demikian pula dengan lokasi yang bernilai bisnis tinggi (industri kimia, pemancar TV, Telkom, atau industri strategis seperti hankam dan pelabuhan udara) memerlukan proteksi seoptimal mungkin. Ingat kasus sambaran petir di kilang minyak Cilacap tahun 1998 yang menimbulkan kebakaran berhari-hari serta menghanguskan sebagian besar peralatannya, sehingga menghentikan proses pengilangan?Pemakaian penangkal petir tradisional (eksternal) sudah dikenal sejak dulu untuk melindungi bangunan atau instalasi terhadap sambaran petir. Sayangnya, sistem proteksi ini hanya bisa melindungi bangunan dari kebakaran atau kehancuran. Ancaman induksi tegangan lebih atau arus lebih belum terserap sepenuhnya. Padahal, induksi ini tak kalah berbahayanya, terutama terhadap peralatan elektronik yang cukup sensitif dan mahal harganya. Di situlah peran proteksi internal.Proteksi internal berarti proteksi peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir. Utamanya efek medan magnet dan medan listrik pada instalasi metal atau sistem listrik. Berhubung rumah tangga sekarang ini sudah tak bisa lepas dari peralatan elektronik yang sensitif, maka proteksi internal sudah waktunya dipasang.Zoro pernah menyaksikan demo tentang pentingnya proteksi internal pada rumah tangga. Ada pesawat TV yang tidak dipasangi alat proteksi internal (arestor). Televisi diletakkan di sebuah ruangan dan di depannya ada boneka sebagai penonton. Ketika ada sambaran petir, TV tersebut meledak. Setelah asap akibat ledakan dikeluarkan, wajah boneka tadi penuh dengan pecahan kaca tabung TV. "Bagus sekali demonya," komentarnya.Jika ditilik dari harga, "Memang mahal." Tapi, jika dibandingkan dengan manfaatnya baru terasa murah. Bisa diibaratkan dengan mengambil polis asuransi. Sekadar perkiraan, untuk proteksi internal dengan tujuan melindungi komputer dan telepon dibutuhkan biaya sekitar Rp 2 juta. Menghemat Dengan Sistem Peringatan DiniBagi infrastruktur strategis yang rentan terhadap induksi, selain proteksi, masih perlu dibekali dengan sistem peringatan dini. Dengan sistem ini, kerugian bisa diminimalkan. Seorang manajer beberapa pabrik yang berkaitan dengan listrik menyatakan bahwa perusahaannya bisa menghemat sampai setengah juta dolar setiap tahunnya dengan memanfaatkan sistem tersebut (Scientific American edisi Agustus 1997). Dengan informasi yang didapatkannya, ia bisa menghentikan operasi pabriknya sehingga terhindar dari induksi petir, misalnya.Sebagai negara dengan hari guruh tertinggi di dunia, Indonesia pun sudah melengkapi dengan sistem peringatan dini. Alat canggih dari Amerika seharga sekitar Rp 15 miliar ini dimiliki oleh PT Lapi Elpatsindo (perusahaan milik ITB).Ketika petir menyambar Bumi, radiasinya menyebar. Receiver yang dipasang di Bumi akan menerima radiasi itu. Ada 16 receiver di seluruh Indonesia, namun baru delapan yang beroperasi. Dari situ, tiga sensor terbaik mengirim data ke pusat (Jakarta). Real time! Daerah yang tersambar petir bisa di-zoom sampai seluas 15 x 15 km.Data lain yang bisa diperoleh adalah lokasi sambaran petir, waktu terjadinya sambaran, besarnya amplitudo arus petir dan energinya, maupun kecuraman gelombang petir. Hanya saja, menurut Zoro, tidak semua petir direkam."Kalau semua ditangkap, storage kita cepat sekali penuh. Di luar negeri, storage penuh dalam jangka tiga bulan. Kita tiga bulan sudah penuh," ujar Zoro. Hanya petir di atas 7 kA yang ditangkap. Alasannya, petir di bawah 7 kA tidak berbahaya bagi peralatan rumah. Dengan adanya pembatasan itu, storage yang berupa optic disc bisa bertahan selama delapan bulan.Sistem informasi data petir itu sangat membantu dalam menghitung kemungkinan terjadinya sambaran dan jumlah sambaran petir (stroke probability). Dengan menggunakan sistem komunikasi yang ada serta memanfaatkan satelit Palapa dan GPS, setiap pemakai yang berada di seluruh kawasan Indonesia dapat menggunakan dan memanfaatkan sistem tadi. Dengan bantuan peranti lunak Video Information System (VIS), kita bisa menampilkan daerah seluas 200 km2.VIS bisa dioperasikan pada hampir semua PC. Menunya lengkap dan user friendly. Kelengkapan ini akan memudahkan pemakai untuk membaca, menganalisis, dan memanfaatkan data petir. Jadi, tak perlu menjadi murid Ki Ageng Selo untuk bisa "menangkap" petir.
Disarikan dari : http://arsip.info/sains/fisika/astronomi/cuaca/petir/07_01_03_144610.html

Petir Lebih Suka Lelaki daripada Wanita

Sebagai negara kepulauan yang terletak di katulistiwa, Indonesia sangat subur bagi tumbuhnya petir.Ini berbeda dengan Brasil, yang juga sama-sama terletak di katulistiwa. Tak heran kalau Indonesia tercatat sebagai negara dengan hari guruh tertinggi, rata-rata 150 hari guruh/tahun. Disusul Jepang, 30 - 80 hari guruh.Hari guruh merupakan hari di mana guruh terdengar. "Yang mencatat Dinas Meteorologi. Tiap mendengar guruh, tanggal hari itu ditandai. Meski terdengar sepuluh guruh, tetap saja dihitung satu," kata Zoro.Di Indonesia, daerah yang paling banyak petirnya Bogor, Tangerang, Kalimantan Timur, Sumatra bagian timur, dan Biak. Jika dulu Bogor tercatat sebagai daerah dengan hari guruh tertinggi, yakni 322 hari dalam setahun, menurut Zoro, BMG mengklaim Tangerang bagian utara sebagai daerah dengan hari guruh tertinggi, yakni 336 hari guruh.Yang aneh dari sifat petir, sesuai penelitian Prof. Walter Comor dari Universitas Michigan, laki-laki enam kali lebih mudah disambar petir ketimbang wanita. Lebih aneh lagi, petir ini suka sekali menyetrum pohon oak. Padahal, dalam mitologi Yunani, pohon oak dipercaya sebagai pohon keramat Dewa Zeus yang juga penguasa guntur dan petir!
Disarikan dari http://arsip.info/sains/fisika/astronomi/cuaca/petir/07_04_06_145547.html

Senin, 22 Desember 2008

Master Petir Indonesia (Dr. Reynaldo Zorro dan Dr. Syarif Hidayat )

Master Petir Indonesia yang menjadi acuan saat ini : Dr. Reynaldo Zorro dan Dr. Syarif Hidayat (ITB) , banyak hal yang diperoleh penulis selama pemasangan dan pemeliharaan Sistem Proteksi Petir Terpadu dari Grissik sampai Duri. Dimana untuk pertama kali 1999 saya mengenal Intergated Lightning Protection System dan menggabungkan semua grounding, Surge Arrester yang sesuai dengan karakteristik petir tropis, Early Streamer... Masih inget di ingatan saya ketika Th 2000 Master Zorro sang Doktor Fenomena Petir tanpa sungkan-sungkan langsung naik ke Tower SST 72m cuma untuk mengecek sendiri (Investigasi) kelayakan sambungan Early Streamer dengan Double Shield Down Conductor Cable, setelahterjadi sambaran petir yang mengakibatkan kerusakan pada sistem Scada Control di Puskom. Master Syarif tidak kalah seru, Notebook itu yang menjadi ciri khasnya .. OS windows sampai aplikasinya Full Huruf Jepang.. Beliau emang Doktor Petir lulusan Negeri Oshin itu, Berbagai model Arrester Tropis lahir dari tangan beliau ini.. Joss dibandingkan produk Europe yang Notabene karakteristik petirnya lain.

Minggu, 21 Desember 2008

Arus Petir Terbesar Ada di Selatan Jakarta

Kekuatan petir yang tersembunyi
Petir sering terlihat di saat cuaca mendung atau ketika sedang hujanbadai. Coba sekali-sekali kamu perhatikan di malam hari, saat hujanderas, langit tiba-tiba menyala, tak lama kemudian disusul oleh suaramenggelegar. Suara itu membuat kita sering menutup telinga kita, bahkanmembuat kita bersembunyi ditempat yang menurut kita cukup terlindungi.Mengapa? Karena petir bisa menyambar benda-benda di sekitarnya danditempat yang tinggi. Misalnya pohon kelapa atau tiang listrik.

Dalam beberapa kejadian di Indonesia, petir bisa menyebabkan kematian,seperti pernah terjadi di Batam. Ketika seseorang sedang bermain golf dilapangan terbuka, ia tiba-tiba tersambar petir. Sangat dahsyat ya...Nah, sekarang, teman-teman ingin tahu mengapa suara petir menggelegarsampai menerangi langit? Atau teman-teman ingin tahu seberapa banyak sihcahaya yang dipancarkan petir? Atau seberapa besar panas yangdilepaskannya? Kalau mau tahu, ayo baca kelanjutan artikel ini.

Dalam ilmu fisika, satu kilatan petir adalah cahaya terang yangterbentuk selama pelepasan listrik di atmosfer saat hujan badai. Petirdapat terjadi ketika tegangan listrik pada dua titik terpisah diatmosfer – masih dalam satu awan, atau antara awan dan permukaantanah, atau antara dua permukaan tanah – mencapai tingkat tinggi.Kilat petir terjadi dalam bentuk setidaknya dua sambaran. Pada sambaranpertama muatan negatif (-) mengalir dari awan ke permukaan tanah. Inibukanlah kilatan yang sangat terang. Sejumlah kilat percabangan biasanyadapat terlihat menyebar keluar dari jalur kilat utama. Ketika sambaranpertama ini mencapai permukaan tanah, sebuah muatan berlawanan terbentukpada titik yang akan disambarnya dan arus kilat kedua yang bermuatanpositif terbentuk dari dalam jalur kilat utama tersebut langsung menujuawan. Dua kilat tersebut biasanya beradu sekitar 50 meter di ataspermukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik pertemuan antara awandan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus listrik yangsangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu menujuawan. Perbedaan tegangan pada aliran listrik antara awan dan permukaantanah ini melebihi beberapa juta volt.

Energi petir
Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripadayang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika.Suhu pada jalur di mana petir terbentuk dapat mencapai 10.000 derajatCelcius. Suhu di dalam tanur untuk meleburkan besi adalah antara 1.050dan 1.100 derajat Celcius. Panas yang dihasilkan oleh sambaran petirterkecil dapat mencapai 10 kali lipatnya. Panas yang luar biasa iniberarti bahwa petir dapat dengan mudah membakar dan menghancurkanseluruh unsur yang ada di muka bumi. Perbandingan lainnya, suhu permukaan matahari tingginya 700.000 Celcius (dari Wikipedia disebutkansun's surface temp is 6000 Celcius, mungkin yang dimaksud adalahtemperatur dari core nya). Dengan kata lain, suhu petir adalah 1/70 darisuhu permukaan matahari. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terangdaripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt.

Sebuah sambaran petir berukuran rata-rata memiliki energi yang dapatmenyalakan sebuah bola lampu 100 watt selama lebih dari 3 bulan. Sebuahsambaran kilat berukuran rata-rata mengandung kekuatan listrik sebesar20.000 amp. Sebuah las menggunakan 250-400 amp untuk mengelas baja.Kilat bergerak dengan kecepatan 150.000 km/detik, atau setengahkecepatan cahaya, dan 100.000 kali lipat lebih cepat daripada suaraKilatan yang terbentuk turun sangat cepat ke bumi dengan kecepatan96.000 km/jam.

Sambaran pertama mencapai titik pertemuan atau permukaan bumi dalamwaktu 20 milidetik, dan sambaran dengan arah berlawanan menuju ke awandalam tempo 70 mikrodetik. Secara keseluruhan petir berlangsung dalamwaktu hingga setengah detik. Suara gemuruh yang mengikutinya disebabkanoleh pemanasan mendadak dari udara di sekitar jalur petir. Akibatnya,udara tersebut memuai dengan kecepatan melebihi kecepatan suara,meskipun gelombang kejutnya kembali ke gelombang suara normal dalamrentang beberapa meter. Gelombang suara terbentuk mengikuti udaraatmosfer dan bentuk permukaan setelahnya. Itulah alasan terjadinyaguntur dan petir yang susul-menyusul.Petir berarus listrik terbesar

Sebuah majalah `Intisari' pernah mengungkapkan bahwa petirberarus listrik terbesar terdapat di Indonesia, tepatnya di daerah Depok. Penelitian yang disponsori PLN Cabang Depok, pada bulan April,Mei dan Juni 2002, dengan menggunakan teknologi lighting position andtracking system (LPATS), itu untuk mengenali perilaku petir di wilayah kota di selatan Jakarta. Tak disangka, para peneliti mendapati aruspetir negatif berkekuatan 379,2 kA (kilo Ampere) dan petir positifmencapai 441,1 kA.(sebagai perbandingan ampere yang ada di listrik rumah kita sekitar 2-10 A, so u can imagine how big amp lightin is..)Dengan kekuatan arus sebesar itu, petir mampu meratakan bangunan gedungyang terbuat dari beton sekalipun. Selama ini, Indonesia memang dikenalsebagai negara dengan sambaran petir cukup tinggi. Kondisi meteorologisIndonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir. Tiga syaratpembentukan petir – udara naik, kelembaban, dan partikel bebas atauaerosol – terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim.Dalam majalah Intisari edisi Desember 2000, disebutkan bahwa bumi bisadiibaratkan sebagai kapasitor. Antara lapisan ionesfer dan Bumi, jikalangit cerah, ada arus listrik yang mengalir terus-menerus, dariionosfer yang bermuatan positif ke Bumi yang bermuatan negatif. TapiBumi tidak terbakar, karena ada awan petir yang bermuatan listrikpositif maupun negatif sebagai penyeimbang. "Yang positif turun keBumi, dan yang negatif naik ke ionosfer.Ketika langit berawan, tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awancumulonimbus yang menghasilkan petir. Petir terjadi karena pelepasanmuatan listrik dari satu awan cumulonimbus ke awan lainnya, atau dariawan langsung ke Bumi.

Disarikan dari : http://www.mail-archive.com/fisika_indonesia@yahoogroups.com/msg03350.html

Petir dalam Mitologi Kuno dan Fenomena Bogor


Petir dan Bogor adalah dua hal yang sulit di pisahkan. Fenomena alam berupa kilatan cahaya di-langit itu memang identik dengan Kota Bogor, Bahkan, Bogor yang dikenal dengan sebutan kota hujan ini pernah memiliki hari sambaran petir per tahun ter­tinggi di dunia. Dari 365 hari dalam setahun, petir singgah sebanyak 322 hari di kota terse­but (88 persen dari jumlah hari dalam setahun).
Bogor hanyalah salah satu dari sekian banyak kota di Ta­nah Air yang kerap didatangi petir. Posisi geografis Indonesia menjadi penyebab tingginva sambaran petir tersebut. Karak­teristik wilayah Indonesia ter­bentang dari barat hingga timur khatulistiwa sepanjang 5.110 kilometer. Dengan garis meredi­an membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 kilome­ter menimbulkan ancaman dan risiko tersendiri bagi Indonesia. Dengan posisi geografis seperti ini, Indonesia menjadi salah satu tempat di dunia ini yang memi­liki hari sambaran petir terting­gi di dunia.


Dalam mitologi kuno, sam­baran petir digambarkan seba­gai seorang petir bernama Zar­panit. Kisah ini terlukis di candi Summerer, Mesopotania Sela­tan. Dikisahkan, petir mempu­nyai daya rusak yang sangat tinggi. Jika dikaitkan dengan karakteristik Indonesia, aktivi­tas ekonomi masyarakat di In­donesia memang menghadapi ri­siko sambaran petir yang cukup besar dan berdampak negatif secara materi ataupun jiwa menurut Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Fisika,Universitas Nasional (Unas), Prof Djuheri; kerugian akibat petir sangat besar. Biasanya, penyebab dari kerusakan bangunan terutama­ karena besar dari arus petir dan kecuraman petir yang bisa men­capai 200 kA.

Kilatan petir mengandung muatan listrik 100 juta volt, Energi sebesar itu bisa mema­naskan suhu udara hingga men­capai 40 ribu derajat Celsius. "Bisa dibayangkan betapa besar energi yang dihasilkan atau be­tapa bahayanya jika menyambar makhluk hidup," katanya ke­pada Republika di Jakarta, akhir pekan lalu. Sebagai gam­baran, energi listrik yang dilon­tarkan dari kilatan petir itu setara dengan 300 ton beban yang jatuh pada ketinggian 100 meter.

Sebenarnya, kata Djuheri, sekitar 80 persen sambaran petir terjadi antar-awan, baik awan yang berbeda maupun di dalam awan itu sendiri. Baru sisanya sebanyak 20 person turun ke bu­mi. Namun, sambaran petir itu tetap masih banyak menimbul­kan kerugian. Dengan berkem­bang pesatnya peralatan elek­tronika dan mikroelektronika, sambaran tidak langsung men­jadi ancaman yang menakutkan meski menganai tempat jauh. Ketakutan itu, kata Djuheri, karena radiasi, induksi, dan konduksi dari gelombang elek­tromagnetik.

Seperti yang dicatat Badan Pemadam Kebakaran Austria, kerugian karena sambaran petir tiap tahun cenderung naik: Pada­1981 kerugian karena sambaran langsung berjumlah 34 kasus dengan nilai kerugian sekitar 7,50 juta dolar AS dan sambaran tidak langsung 16.049 dengan nilai kerugian 27,70 juta dour AS. Dalam satu dekade kemudi­an, meningkat menjadi 59 dengan nilai 12,219 juta dolar AS dan 25.685 juta dolar AS sambaran tidak langsung.

Sambaran petir tidak saja dapat merusak fasilitas dan aktivitas produksi, namun juga memerlukan waktu tersendiri untuk mengembalikannya pada kondisi sernua. Selama waktu perbaikan, perusahaan tidak saja kehilangan kesempatan untuk berproduksi, namun juga akan kehilangan konsumen.
Kerusakan instalasi komputer di Koln, Jerman pada 1989 merupakan ilustrasi yang sangat jelas, Sebuah gedung yang ber­jarak sekitar 100 meter dari lokasi instalasi komputer terse­but ikut tersambar petir. Kenaikan tegangan yang dise­babkan sambaran petir tersebut mengakibatkan kerusakan computer. Perbaikan perangkat komputer sekitar Rp 1 miliar, namun, kerugian karena tidak bekerjanya computer mwncapai Rp 4 miliar.


Dengan risiko petir yang demikian besar, maka diper­lukan alat penangkal petir. Saat ini telah dikembangkan alat elektrostatik dan membran sis­tem. Peralatan yang mempunyai tingkat efektivitas menangkal hingga 90 persen umumnya sudah terpasang di gedung-­gedung pencakar langit. Namun, di sektor industri kecil dan perumahan, alat tersebut belum terpasang. "Hanya sedikit yang menggunakan penangkal petir jenis elektrostatik dan membran sistem ini," katanya

Industri kecil ataupun perumahan warga masih banyak yang menggunakan penangkal petir konvensional atau bahkan tidak menggunakan penangkal jenis apa pun. Ini sangat berba­haya. Karena penangkal petir konvensional masih memungkinkan terjadi induksi bahkan menyebabkan penangkalnya ikut jebol. Namun meskipu bahayanya sangat besar, masyarakat tak acuh terhadap kerugian yang diakibatkan oleh petir Itu terlihat dari masih sedikitnya penggunaan penangkal petir.

"Untuk mengurangi kerugian akibat petir, masyarakat sebaiknya membeli elektronik yang mempunyai penangkal petir internal," cetus dia. Kini di pasaran, alat elektronik yang dilengkapi dengan penangkal petir internal sudah dipasarkan. Namun, masih saja ada pabrik yang mengabaikan antipetir internal ini.
Di Indonesia, hingga kini masih memungkinkan menjadi sasarann petir terbesar. Besar atau banyaknya petir sendiri terpengaruh oleh awan dan cuaca. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), secara umum frekuensi hari terjadinya sambaran petir di indonesia cukup tinggi. "Indonesia masih tetap menjadi sasaran," katanya.


Disarikan dari : http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/news/mbl_detail.php?news_id=1567

Benjamin Franklin (1706-1790) Pengagum Badai, Temukan Penangkal Petir


"Waktu adalah uang". Itulah kata-kata yang masih populer sampai sekarang yang awalnya disampaikan oleh Benjamin Franklin. Kita mungkin lebih mengenalnya sebagai politikus, pemimpin revolusi di Amerika dan salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Namun, di balik itu ternyata tokoh yang panggilan akrabnya "Ben" ini juga seorang wartawan, penerbit, pengarang, dan sekaligus juga penemu. Ben lah yang menjadi kepala kantor pos pertama, pembuat perpustakaan umum pertama, dan orang pertama yang mengorganisir barisan pemadam kebakaran di Amerika. Dan tentu saja ia juga orang pertama yang menemukan penangkal petir.

Benjamin Franklin adalah anak Josiah Franklin dan terlahir di Milk Street, Boston, AS, pada tanggal 17 Januari 1706. Benjamin adalah anak bungsu dari 17 anak Josiah dari dua perkawinan. Benjamin berhenti sekolah pada saat ia berusia sepuluh tahun, dan pada umur dua belas tahun ia telah magang pada usaha penerbitan milik James, kakak laki-lakinya. Percetakan ini menerbitkan surat kabar New England Courant.


Benjamin menjadi kontributor dan bahkan kemudian editor surat kabar itu. Suatu hari kakak beradik ini berselisih hingga akhirnya Benjamin melarikan diri, pertama-tama ke New York, lalu ke Philadelphia pada Oktober 1723. Setelah itu Benjamin mengalami banyak pengalaman yang berat yang menempanya menjadi salah satu tokoh yang paling banyak dikenang karena karya-karyanya.
Pengagum badai


Benjamin Franklin sangat terpukau dengan kekuatan badai dan petir. Mungkin jika ia masih hidup hingga sekarang kita bisa menambahkannya sebagai storm chaser seperti dalam film "Twister" atau tayangan dokumenter di televisi tentang badai dan petir.

Di Boston, Massachussetts pada tahun 1746, Franklin memulai rangkaian eksperimen listriknya. Dengan cepat ia mengubah tempat tinggalnya menjadi semacam laboratorium kecil dengan menggunakan alat-alat yang ada di sekitar rumahnya tersebut. Dalam salah satu eksperimennya, Ben secara tidak sengaja terkena aliran listrik (kesetrum). Mungkin inilah awal keinginannya untuk dapat menciptakan alat yang bisa menggunakan kekuatan listrik dan menangkal dampak negatifnya.
Franklin kemudian menghabiskan musim panas tahun 1747 nya dengan serangkaian eksperimen listriknya. Ia menuliskan laporan dan mengirimkannya kepada Peter Collinson, temannya di London yang juga seorang saintis yang sangat tertarik untuk memublikasikan hasil kerjanya. Bulan Juli Franklin memperkenalkan istilah positif dan negatif untuk menggambarkan muatan listrik untuk menggantikan istilah vitroeus dan resinous yang dipakai sebelumnya. Franklin juga menjelaskan konsep baterai listrik dalam suratnya untuk Collison pada musim semi 1749, namun saat itu ia belum mengetahui bagaimana teori tersebut bisa berguna untuk kepentingan manusia.


Pada tahun yang sama Benjamin Franklin mengemukakan pendapatnya tentang kesamaan antara listrik dan petir. Kesamaan yang dimaksud adalah dalam hal warna cahaya, arah aliran, bunyi yang dihasilkan, dan banyak lagi. Pada masa itu bukan hanya ia yang memiliki pendapat demikian, namun kemudian Franklin lah yang pertama kali membuktikan pendapatnya itu.

Penemuan Franklin Rod
Pada tahun 1750, dalam upayanya membuktikan bahwa petir adalah listrik, Franklin mulai berpikir untuk melindungi manusia, gedung, dan struktur lain dari bahaya sambaran petir. Ia kemudian menciptakan alat dari batangan besi dengan panjang 8 atau 10 kaki yang ujungnya dibuat runcing. Ia berpendapat bahwa besi berujung runcing tersebut akan menarik listrik dan dengan dihubungkan ke tanah (bumi) akan mengosongkan listrik statis yang berasal dari awan. Pendapat ahli lain menyebutkan bahwa besi berujung bundar akan lebih efektif. Pendapat ini mendapat dukungan dari Raja George III. Perbedaan pendapat dan dukungan terhadap teori Franklin pada saat itu dituduh sebagai salah satu ciri ketidakpatuhan.


Dua tahun berikutnya barulah ia mencoba alat hasil rakitannya tersebut. Batang besi runcing ditempatkannya di puncak atap gereja dan menunggu petir menyambarnya. Karena tidak sabar ia memutuskan untuk mendekatkan alat penghubung dengan awan dengan menggunakan layang-layang. Sebagai pemicu datangnya aliran listrik ia menggunakan sebuah kunci yang terbuat dari logam, dan menempelkannya pada layang-layang. Meski dengan beberapa upaya pencegahan, namun percobaan ini termasuk percobaan yang sangat berbahaya. Beberapa menyebutkan bahwa Franklin terluka setelah percobaan tersebut. Namun, hal itu juga menjadi bukti bahwa teori Franklin tentang kesamaan listrik dengan petir telah terbukti.

Alat penangkal petir temuan Franklin yang terkenal dengan nama Franlin Rod kemudian banyak digunakan oleh rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya. Rangkaian penangkal petir terbesar yang mengadopsi teori Franklin ini terlihat di kubah State House di Maryland. Penggunaannya didedikasikan untuk mengenang Benjamin Franklin sang penemu.***

Disarikan dari paparan Rudi Haryanto S.Si. : http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=12721

Petir ini dalam Qur'an

Allah mengarahkan perhatian pada kilauan luar biasa dari petir dalam Qur'an,

"...Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. An Nuur, 24:43)

Kilatan yang terbentuk turun sangat cepat ke bumi dengan kecepatan 96.000 km/jam. Sambaran pertama mencapai titik pertemuan atau permukaan bumi dalam waktu 20 milidetik, dan sambaran dengan arah berlawanan menuju ke awan dalam tempo 70 mikrodetik. Secara keseluruhan petir berlangsung dalam waktu hingga setengah detik. Suara guruh yang mengikutinya disebabkan oleh pemanasan mendadak dari udara di sekitar jalur petir. Akibatnya, udara tersebut memuai dengan kecepatan melebihi kecepatan suara, meskipun gelombang kejutnya kembali ke gelombang suara normal dalam rentang beberapa meter. Gelombang suara terbentuk mengikuti udara atmosfer dan bentuk permukaan setelahnya. Itulah alasan terjadinya guntur dan petir yang susul-menyusul.
Saat kita merenungi semua perihal petir ini, kita dapat memahami bahwa peristiwa alam ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Bagaimana sebuah kekuatan luar biasa semacam itu muncul dari partikel bermuatan positif dan negatif, yang tak terlihat oleh mata telanjang, menunjukkan bahwa petir diciptakan dengan sengaja. Lebih jauh lagi, kenyataan bahwa molekul-molekul nitrogen, yang sangat penting untuk tumbuhan, muncul dari kekuatan ini, sekali lagi membuktikan bahwa petir diciptakan dengan kearifan khusus.


Allah secara khusus menarik perhatian kita pada petir ini dalam Al Qur'an. Arti surat Ar Ra’d, salah satu surat Al Qur'an, sesungguhnya adalah "Guruh". Dalam ayat-ayat tentang petir Allah berfirman bahwa Dia menghadirkan petir pada manusia sebagai sumber rasa takut dan harapan. Allah juga berfirman bahwa guruh yang muncul saat petir menyambar bertasbih memujiNya. Allah telah menciptakan sejumlah tanda-tanda bagi kita pada petir. Kita wajib berpikir dan bersyukur bahwa guruh, yang mungkin belum pernah dipikirkan banyak orang seteliti ini dan yang menimbulkan perasaan takut dan pengharapan dalam diri manusia, adalah sebuah sarana yang dengannya rasa takut kepada Allah semakin bertambah dan yang dikirim olehNya untuk tujuan tertentu sebagaimana yang Dia kehendaki.

Disarikan dari : http://www.harunyahya.com/indo/artikel/092.htm

Kamis, 11 Desember 2008

Pengukuran Arde Pada Tanki Timbun Crude Oil


Langkah pertama menentukan layak tidaknya sebuah Earth Tester untuk pengukuran arde adalah posisi range kerja batere pada scale "Batt".. Jika masih masuk, bisa dipakai di lapangan. Posisikan Earth Tester pada posisi select "VAC" - posisi klem pada bak kontrol jangan dilepas, "Ukur" apabila tidak menunjukkan skala tertentu (harus menunjukkan 0) berarti tidak ada bahaya "Listrik Statis" pada tanki timbun, sehingga pengukuran bisa dilanjutkan. Jika peda VAC menunjukkan skala tertentu, segera hubungi petugas SHER (Safety) untuk penanganan lebih lanjut. Biasanya yang dilakukan oleh petugas Safety adalah dengan menghubungkan ke Bonding yang R-nya pasti lebih rendah, sehingga Elektro Statis hilang/ dibuang ke Bumi. Hal yang sama dilakukan dengan mengikatkan kabel tembaga antara flange fitting pada pipa, untuk mencegah elektro statis. Setelah VAC=0, lalu pindahkan posisi select pada RX100 (harus tidak menunjuk), terus ke Rx10 (boleh menunjuk), terus RX1 (harus menunjuk). Jika R lebih dari 10 Ohm adalah jelek (menurut PUIL dan PECPS). Maka gunakan trik untuk menurunkan tahanan Grounding dengan cara memparalelkan/ memperbanyak RODs.

Mengukur Tahanan Isolasi Kabel dengan Insulation Tester


NYFGBY 3 X 70mm2 X 10KV (3=Kabel Isi 3, 70=Penampang, 10KV=Tahanan Isolasi mampu menahan hingga 10KV, biasanya digunakan pada tegangan kerja 6000V.

Pemilihan Megger (insulation Tester) menurut rumus Empiris PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik)/ PECPS (Petrolum Elektro Code Pertamina Standar)= 3 X E Kerja. Dalam Kasus

Tegangan Kerja 6000V maka 6000X3=18000, maka dipakai Hipot Tester atau jika menggunakan Insulation Tester menggunkan range yang tertinggi (10000V atau 15000V).

Macam Insulation Tester :
100
500
1000
2000
3000
5000
7000
10000
15000
>15000 (Hipot)

3 Langkah pengukuran :
S-T dijumper lewat coil mendapatkan Guard
L dihubungkan ke R
E dihubungkan ke Ground

R-S dijumper lewat coil mendapatkan Guard
L dihubungkan ke RT
E dihubungkan ke Ground

R-T dijumper lewat coil mendapatkan Guard
L dihubungkan ke RS
E dihubungkan ke Ground

RIsolasi Minimal = 1000 X E Kerja, maka jika hasil pengukuran menunjukkan 1000M Ohm, maka memenuhi syarat, karena 1000X6000=6 M Ohm, jadi masih diatasnya.

Disarikan dari Tutorial Mr. Sukardi AdiSuryo MT

Selasa, 02 Desember 2008

Menentukan Jenis Kabel Down Konduktor

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam hal menentukan Jenis, Type Kabel untuk Down Konduktor Sistem Proteksi Petir dirangkum pada tulisan ini


ERICORE Version 3- One Model ERICOREThe goal was to improve on the performance of E2, yet keep size benefits of E1- Insulation spec’d at LDPE or XLPE, minimum rating of 33 kV, 50 kV/mm. - Cable to be triple extruded – extruded semiconductive layers to be 0.5 mm- 55mm sq core- Semi-conductive outer sheath 100ohm.mm- Insulation Layer 1.8mm – improved tolerance

TestingIndependent Test results at TRL Labs in Melbourne Result => breakdown at 310kV @ 1.2/50usRecall E1 and E2, same tests breakdown at 180-190kV 1.2/50us


Disarikan http://www.petir.com/ericore_v3.html

Sabtu, 29 November 2008

Tidak ada WD40 .. Coca-cola pun jadi

Rekans.. Mungkin diantara kita ada yang "Hobby" maintenance Grounding dan sedang melakukan perawatan rutin, membersihkan karat pada "Klem Rod" pada Bak Kontrol Down Konduktor, Bak Kontrol Grounding Ring etc.. dan jika hal paling buruk terjadi, jika persediaan WD40 habis.. (lihat juga bahaya WD40) Jangan kawatir.. Di remote area-pun yang namanya minuman segar "Coca-Cola" produksi PT. Cola-Cola Botling terjual bebas di pinggir jalan, dan rupanya bisa dipakai untuk mengguyur klem rod yang berkarat, diamkan sesaat lalu lakukan pengendoran baud seperti halnya ketika memakai WD 40.. Dan jangan lupa kalau ada sisa! jangan dibuang.. Masih bisa kita nikmati juga toh :) (Thanks for Emilia for Tips 1999)

Selasa, 25 November 2008

Segitiga Petir - Triangle of Lightning


Sebenarnya apa sih pencetus terjadinya "Petir". Ada 3 elemen penting dimana suatu daerah mungkin jadi langganan petir .. 1. Aerosol (Bisa dari partikel-partikel hasil Industri). 2. Humidity (Kelembaban). 3. Up draft (Udara Naik). Jadi kalau ketiganya terpenuhi, besar kemungkinan akan membentuk Awan Comulonimbus dan terjadilah petir.

Senin, 24 November 2008

Menurunkan Nilai Tahanan Rod


Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem Grounding, setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul 100 ohm (wakss), kalau acuannya PUIL munkin anda di"Wajib"kan menurunkannya.. Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus mencari Nilai 2 tahanan yang di-paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau 100//100=50 ohm (2 rod), 50//50=25 ohm (menjadi 4 rod), trus 25//25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), trus 12,5//12,5=6,25 ohm (menjadi 8 rod), trus karena nilainya dianggap bagus kalau nilai tahanannya >0 dan <5>6,25//6,25= 3,125 ohm.. maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan dari 100 ohm ke 3,125 adalah 10 buah rods. Setelah Grounding Ring dipastikan terhubung sempurna, cek kembali dengan Earth Tester nilai tahanan harusnya sudah turun drastis ...

Rabu, 19 November 2008

Simulasi Petir dengan SIMCAD


Mau tau bentuk gelombang petir, bisa dengan SIMCAD simulator Versi 4.1 for 5 user .. http://www.powersimtech.com
.. Diketahui V1, L1, R1, R2, R3, VGNL1 (Generator kejut) maka bisa dilihat nilai Vs, I1, dan Vo, ketika VSTEP1 On..

(terimakasih untuk Guru Pemutus dan Pengaman Listrik - Dr. Moch Ashari M.Eng )

Senin, 17 November 2008

Belajar Plotting dan Rekam Petir dari Jepang


Untuk meneliti petir, beberapa tahun lalu peneliti jepang (kalau tidak salah dari Nagoya University) repot2 ke Australia utk pasang banyak sensor petir karena intensitas tahunan petir di jepang agak rendah. prinsipnya simple, antena>>amplifier>>ADC utk digitasi data>>data processing>>lalu diplot. hasilnya, dia bisa merekam, mengestimasi jarak, posisi dan distribusi petir scr real time. ternyata mekasnisme petir ini mengikuti pola2 tertentu. selain itu, TEPCO (Tokyo Electric Power Co., PLN-nya Jepang utk wilayah Kanto/Timur) telah menyediakan peta online petir (tdr dr petir antar awan dan dr awan ke bumi) yg diupdate otomatis per 6 menit. http://thunder.tepco.co.jp/cgi-bin/main ... e=4&zoom=2 di situ juga bisa dilihat peta awan dan peta hujan. saat ini, sebagian peneliti jepang mulai meninggalkan pengamatan petir dari permukaan bumi. mereka mulai 'melihat' petir yg terjadi dari satelit2 mereka di orbit Geostationary. Kelihatannya mekanismenya dan jenis2 petirnya berbeda dgn yg biasa diamati dr bumi. siapa tertarik dgn fenomena petir ini? kenapa petir perlu dipahami?

(Disarikan dari http://www.te.ugm.ac.id/forum/viewtopic.php?f=11&t=3484)

Ancaman Petir Perlu Diwaspadai

Meski teknologi relatif sudah canggih, masih ada orang yang tewas disambar petir. Bukan hanya di luar rumah, lecutan listrik di angkasa ini bisa masuk rumah dan "menjilat" orang-orang di dalamnya. Tak terhitung harta benda yang rusak akibat sambaran petir. Pada musim hujan petir perlu diwaspadai.

Akibat sambaran petir, seorang anak di Depok tewas. Siang itu cuaca mendung dan hujan gerimis. Di dalam rumah, anak laki-laki itu sedang menonton televisi bersama anggota keluarga lain. Tiba-tiba kilat menyambar antena televisi dan masuk ke dalam rumah.

Petir terjadi karena ada pergerakan vertikal di udara. Pergerakan vertikal ini menyebabkan pemisahan muatan elektro negatif dan elektro positif. Pemisahan muatan ini pada akhirnya akan menimbulkan loncatan muatan di udara yang disebut petir.

Petir biasanya muncul pada saat akan hujan atau ketika hujan sudah turun. Namun, bukan berarti setiap hujan dan mendung akan selalu disertai petir. Menurut pengajar pada Program Studi Meteorologi ITB, Tri Wahyu Hadi, petir hanya terjadi jika ada awan Cumulonimbus (Cb).


Awan Cumulonimbus adalah awan yang terjadi sangat cepat akibat pemanasan tinggi di permukaan Bumi. Pemanasan di permukaan Bumi ini mendorong uap air naik ke atas dengan cepat. Oleh karena itu, ciri-ciri awan Cumulonimbus adalah bentuknya yang menggumpal seperti kapas dan membubung tinggi di langit.

Dari kejauhan awan Cumulonimbus penghasil petir mudah dikenali. Namun, kalau orang tepat berada di bawahnya, keberadaan awan ini agak sulit dideteksi. Syarif Hidayat, pengajar Teknik Elektro dan Informatika ITB yang juga dikenal sebagai ahli petir, mengatakan, kalau tiba-tiba langit berubah menjadi gelap dan angin sedikit kencang, berarti kita berada di bawah Cumulonimbus.

Kalau sejak pagi sudah turun hujan, bisa dipastikan petir tidak akan muncul. Ini disebabkan kondisi permukaan Bumi tidak cukup panas untuk membentuk awan petir.

Syarif mengatakan, petir di Indonesia sebagian besar aktif menyambar pada siang dan malam hari. Sambaran petir di daratan paling banyak terjadi antara pukul 13.00 hingga pukul 19.00. Pada periode tersebut pemanasan di daratan sudah mencukupi untuk membentuk awan Cumulonimbus.

Namun, di lautan petir justru terjadi pada pagi hari. Pada pagi hari laut lebih panas daripada daratan sehingga uap air di lautan naik ke atas dan bisa membentuk awan petir.

"Jumlah petir di darat tujuh kali lebih banyak dibandingkan di lautan," ungkap Syarif.

Syarif menambahkan, potensi terjadinya awan Cumulonimbus bisa diprediksi. Kalau pagi hari terasa panas terik dan kelembabannya tinggi, siang hari pasti akan ada awan Cumulonimbus. Karena dipengaruhi pemanasan daratan, kemunculan awan ini bersifat lokal.

"Itulah sebabnya keberadaan petir juga sangat lokal. Di satu tempat bisa banyak petir, sementara di tempat lain jarang terjadi petir," kata Syarif. Satu sel awan penghasil petir bisa berkumpul dalam radius lebih kurang tujuh kilometer.

Negara petir

Indonesia terletak di negara tropis yang sangat panas dan lembab. Kedua faktor ini sangat penting dalam pembentukan awan Cumulonimbus penghasil petir. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki hari guruh (hari terjadinya petir dalam setahun) yang sangat tinggi.

Indonesia memiliki 200 hari guruh, sementara Brasil 140 hari, Amerika Serikat 100 hari, dan Afrika Selatan 60 hari. Daerah Cibinong, Jawa Barat, pernah tercatat pada Guinness Book of Records pada tahun 1988 dengan jumlah 322 petir per tahun.

Kerapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat tinggi yaitu 12/km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahun.

Petir bisa terjadi dari awan ke awan, dari awan ke Bumi maupun dari Bumi ke awan. Namun, yang terakhir ini jarang terjadi di Indonesia. Menurut Syarif, yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah petir dari awan ke awan dan sebagian lagi adalah petir yang menyambar dari awan ke Bumi.

Besarnya medan listrik minimal yang dihasilkan oleh petir bisa mencapai 1 juta volt per meter. Bayangkan apa jadinya kalau petir itu menyambar makhluk hidup yang ada di Bumi. Menurut Tri Wahyu, potensi kekuatan petir yang menyambar akan berkurang jika di awan sudah terjadi guruh-guruh kecil.

Sambaran petir ke Bumi sangat dipengaruhi kondisi sesaat yang ada di permukaan Bumi. Oleh karena itu, nyaris tidak pernah bisa memastikan petir itu akan sampai di mana. Menurut Syarif, semua bentuk permukaan Bumi bisa menyambut petir yang datang dari awan.

Obyek yang tersambar petir di Bumi tergantung dari besar-kecilnya pelopor petir yang datang ke Bumi. Kalau pelopor petir besar, akan menyambar obyek-obyek yang menonjol, seperti penangkal petir, menara, pohon, dan gedung tinggi.

Kalau pelopor petirnya kecil, akan menyambar obyek-obyek yang lebih rendah. Menurut Syarif, petir kecil ini sulit ditangkap dengan alat penangkal petir karena gerakannya lebih lincah. (Lusiana Indriasari)

Sumber: Kompas

Kamis, 13 November 2008

Petir-pun Bebas Memilih Obyek Sambaran - Finial-pun dilompati


Ilustrasi disamping bisa menjelaskan kenapa "Space Shuttle" itu sesaat kemudian meledak... Padahal konon tempat itu sudah banyak dilengkapi dengan berbagai macam proteksi... Kok yaa, "Sang Petir" tidak mau melewati finial... Dia lebih memilih langsung obyek yang dikehendakinya... Ada material apa sebenarnya didalam Space Shuttle Launcher itu... Ground Resistance yang lebih kecilkah? Kebocoran Grounding Ring? atau yang lain..

Akibat Sambaran Petir Pada Tubuh Manusia



Lingkungan kerja yang aman dan sehat adalah suatu idealisme yang sudah umum diterapkan baik di gedung-gedung yang dipadati banyak orang maupun lingkungan yang cukup banyak orang seperti perkantoran dan sebagainya. Sehubungan dengan bahaya sambaran baik langsung maupun tidak langsung yaitu terjadinya lompatan muatan ke tubuh maupun tegangan sentuh dan lainnya bisa membahayakan para pekerja yang ada di mana saja khususnya pada stasiun pemancar.
Seberapa besar dampak yang dapat terjadi bila arus sambaran petir dengan orde kiloAmpere tersebut mengalir pada tubuh manusia baik secara teknis dan secara medis akan dijelaskan berikut ini.
Pada Tahun 1934, Freiberger melakuk
an percobaan dan menemukan bahwa bila arus yang mengalir dari ujung satu tangan sampai satu kaki dengan tegangan sebesar 350 Volt, maka resistansi tubuh adalah 1500 , dan pada percobaan lain dengan tegangan 500 Volt didapati resistansi sebesar 1200 . Ketika arus mengalir terjadi penurunan nilai resistansi sebesar 25%, angka resistansi diukur setelah 3 detik ketika tegangan diberikan. Dengan tegangan 220 Volt, Sam (1966) mengukur resistansi tubuh sebesar 800 . Berbagai ilmuwan melakukan penelitian dan dapat diterima bahwa resistansi tubuh berkisar antara “500 – 1000 ”22 pada tegangan 1000 atau lebih (tegangan petir).

1 Arus Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya adalah terbatas. Sementara besar dan lamanya arus yang masih mampu ditahan oleh manusia sampai batas yang berbahaya sulit ditetapkan. Berbagai percobaan dilakukan oleh para ahli pada sukarelawan yang bertubuh sehat untuk mencari batas dari pengaruh arus terhadap tubuh yang dibagai dalam:
1. Arus penyebab fibrilasi atau pingsan atau kematian (Ventricular Fibrillation)
2. Arus mulai terasa atau persepsi (Perception current)
3. Arus mempengaruhi otot

4. Arus reaksi

5. Arus penyebab tertahannya respirasi (Respiration arrested)

1.1. Arus Fibrilasi
Pengaruh arus ketika melalui tubuh manusia dapat membahayakan bila melebihi arus yang mempengaruhi otot karena dapat membuat seseorang pingsan bahkan meninggal dunia. Kejadian ini disebabkan pengaruh langsung dari arus terhadap jantung disebut juga ventricular fibrillation yang artinya jantung berhenti bekerja dan peredaran darah berhenti. Untuk penyelidikan tentunya dipakai binatang yang badan dan jantungnya seperti manusia. Pada tahun 1968, Dalziel menyimpulkan
bahwa 99.5% dari manusia yang beratnya kurang dari 50 kg masih dapat bertahan terhadap besar arus dan waktu yang dirumuskan sebagai:

dimana
I = arus fibrilasi

k =
K = 0.0135 untuk manusia dengan berat badan + 50 kg
= 0.0246 untuk manusia dengan berat badan + 70 kg
t = waktu untuk arus ketika melewati tubuh manusia
maka, k(50) = 0.116 A dan k(70) = 0.157 A

1.2. Arus Persepsi
Ketika seseorang memegang suatu penghantar lalu mulai di
aliri arus dari tegangan nol sampai memberi pengaruh karena rangsangan syaraf sehingga terasa nyeri dan bergetar dan tidak membahayakan inilah tahap dari arus tersebut. Untuk arus searah tentunya terasa sedikit panas ditelapak tangan.
Dari hasil uji coba laboratorium di New York 1933 terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan didapati arus rata-rata sebagai berikut:
• Untuk laki-laki : 1.1 mA
• Untuk perempuan : 0.7 mA


1.2.1. Arus Mempengaruhi Otot
Bila arus persepsi dinaikkan lagi sehingga rasa sakit mulai terasa maka
lama-kelamaan akan mempengaruhi otot sehingga otot-otot didekat konduktor kaku dan menyebabkan tangan tidak dapat lepas darinya.
Di universitas California dibidang medis menyelidiki kejadian ini pada 134 relawan laki-laki dan 28 perempuan dan mendapat rata-rata yaitu:
• Untuk laki-laki : 16 mA.
• Untuk perempuan : 10.5 mA.
Selain itu ada batas arus maksimum ketika manusia masih dapat melepaskan konduktor tadi yaitu :
• Untuk laki-laki : 9 mA.
• Untuk perempuan : 6 mA.

1.2.2. Arus Reaksi
Arus ini adalah arus terkecil dimana bisa membuat orang terkejut, reaksi menanggapi kejutan inilah yang bisa juga membahayakan karena bergantung pada orang itu sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh reflek yang berlebihan sehingga seseorang dapat melakukan hal yang tidak diduga lebih bersifat fatal. Dalam penyelidikannya DR. Hans Prinz menyusun batasan-batasan arus dari hasil penelitiannya tersebut didalam tabel berikut:

Tabel 1
Batasan-batasan Arus Dan Pengaruhnya Pada Manusia


Besar Arus (mA) Pengaruh pada Tubuh Manusia

0 - 0.9 Belum terasa pengaruhnya (tidak ada reaksi)

Besar Arus (mA) Pengaruh pada Tubuh Manusia
0.9 - 1.2 Terasa ada arus tetapi tidak menimbulkan kontraksi, kejang dan kehilangan kontrol
1.2 - 1.6 Mulai terasa seperti ada yang merayap di dalam tangan
1.6 - 6 Tangan sampai ke siku merasa kesemutan
6 - 8 Tangan mulai kaku dan rasa kesemutan bertambah
13 - 15 Rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat dilepaskan dengan gaya yang besar sekali
15 - 20 Otot tidak sanggup melepaskan penghantar
20 - 50 Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia
50 - 100 Batas arus yang dapat menyebabkan kematian




1.2.2.1. Arus Penyebab Tertahannya Respirasi
Pengaruh arus sambaran petir pada respirasi dibagi menjadi dua cara, pertama-tama pengaruh tertahannya otot-otot pada bagian dada setelah arus mendadak tadi sehingga menahan saluran pernafasan. Yang kedua ialah pengaruh hanya berlangsung selama arus mengalir karena arus petir hanya mengalir sekitar 10 mikrodetik saja. Dengan kata lain pengaruh akibat arus sambaran petir setelah kejadian lebih mendapat perhatian.

Pada tahun 1930, MacLachlan melaporkan suatu kecelakaan akibat sambaran petir pada frekuensi tenaga dimana korban menerima tegangan sebesar 22 kV antara tangan yang satu sebagai kontak dan tangan lain dan kaki sebagai lawannya. Pernafasan orang ini langsung berhenti, tetapi dapat berlanjut setelah mendapat pernafasan buatan selama delapan jam.
Laporan lain yang didapat yaitu dari Lynch dan Shorthouse (1949) ketika sambaran petir langsung mengenai dua orang pemain sepak bola yang berdiri berdekatan. Arus mengalir dikeduanya dari kepala sampai kaki, walaupun tidak ada tanda jaringan luar yang terbakar tanda hanya terkena tegangan pindah atau lompatan. Akibatnya pernafasan mereka juga tertahan dan segera diberi pernafasan buatan, juga ada kemungkinan arus lain, misalnya arus fibrilasi juga berperan.

Untuk batasannya dilakukan penyelidikan hanya pada kepala binatang, pada tahun 1972, Kitagawa menemukan bahwa dibutuhkan energi minimum 14 J atau sekitar 5.5 J.kg-1 untuk mengakibatkan kematian karena tertahannya pernafasan.

1.2.3. Tegangan Pada Tubuh Manusia Akibat Petir
Kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat petir pada pekerja disua
tu stasiun pemancar dapat terjadi didalam maupun diluar gedung. Gradien tegangan yang tinggi secara mendadak dapat menghasilkan berbagai faktor gangguan atau kesalahan ke tanah yang memungkinkan mengenai manusia. Berikut adalah macam dari tegangan dan analisis pendekatan untuk berbagai kemungkinan.

2.1 Tegangan Akibat Sambaran Langsung

Berbagai kejadian akibat sambaran langsung (direct strike) memberikan berbagai macam kemungkinan akibat, dimana resistansi tubuh manusia mulai kejang-kejang ketika tersambar sekitar tegangan petir 4 kV sehingga arus yang mengalir kira-kira 4 A seperti pada sub bab sebelumnya dapat mengakibatkan kematian. Namun pada kondisi sesungguhnya ada beberapa korban yang bertahan hidup.
Sambaran ini juga bisa mengenai sekaligus beberapa orang yang berdiri berdekatan, tidak jarang pada kasus tertentu bagian tubuh ada yang terbakar ini bisa juga karena baju yang dikenakan terbakar. Adapula yang melewati payung yang dipegang dan sepatupun bisa ter
koyak karenanya.

2.2 Tegangan Sentuh

Tegangan (contact voltage) ini timbul ketika seseorang memegang sebuah benda atau konduktor yang sedang dialiri arus sambaran petir dimana orang tersebut juga terhubung ke tanah.
Besar arus yang mengalir dibatasi oleh nilai resistansi dari tubuh manusia tersebut, adapun model matematis dari peristiwa tegangan sentuh dapat di analogikan dalam persamaan berikut:

dimana:
Es = tegangan sentuh (volt)
Rk = resistansi tubuh manusia ( 1000 ohm)
Rf = tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada tanah yang dilapisi

koral 10 cm ( 3000 ohm)
Ik = besar arus yang mengalir di tubuh (A)
dengan Rf mendekati harga 3.s dimana s adalah tahanan jenis tanah disekitar permukaan. Arus Ik diambil berdasarkan harga dalam persamaan 16, dengan k memilih angka 0.116. Maka selanjutnya persamaan 17 akan menjadi:
( 2)
dengan s dalam satuan ohm-meter untuk lapisan koral 10 cm dan t adalah waktu kejut dalam satuan detik. Berikut tabel tegangan sentuh yang tidak membahayakan,

Tabel 2

Tegangan Sentuh Yang Tidak Membahayakan
Dengan Durasi

Durasi (detik) Tegangan Sentuh (Volt)
0.1 1.980

0.2 1.400
0.3 1.140
0.4 990
0.5 890
1.0 626
2.0 443
3.0 362

2.3 TEGANGAN LANGKAH

Ketika seseorang berdiri di atas permukaan tanah dan tiba-tiba dijarak tertentu ada sambaran petir ke tanah baik langsung maupun langsung maka akan ada beda potensial diantara kedua kakinya (step voltage).
Untuk analisis matematisnya dianggap jarak antara kedua kaki 1 meter dan diameter kakinya adalah 8 cm dengan kaki telanjang dapat ditentukan persamaannya dengan mengambil persamaan 17 diubah pada Rf menjadi rangkaian seri, sebagai berikut:
2.4 Tegangan Pindah.
Hal khusus dari sifat tegangan sebagai miniatur dari lompatan besar suatu petir disebut juga side flash yang disebut dengan tegangan lompat. Hal ini bisa terjadi sebagai contoh ketika seorang bocah bermain layang-layang dalam keadaan langit berawan tiba-tiba ia melihat ada sambaran kilat yang cukup jauh dari layang-layangnya, tetapi saat itu juga tangan bocah itu terbakar dan akibat kejutannya ia jatuh pingsan.

1.3. Akibat Sambaran Petir Pada Perangkat Elektronik
Perangkat elektronik yang dimaksud tentunya terutama adalah perangkat lunak yang berada pada stasiun pemancar. Seperti yang kita ketahui bahwa gangguan yang dimaksud biasa disebut noise ataupun gangguan lain yang dapat mengakibatkan interupsi pada proses pengiriman data sebagaimana kita ketahui pada umumnya memakai sistem digital.
Tegangan dan arus induksi akibat sambaran petir dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan elektronika. Menurut Sowa K. ( 1985 ), Kadete, H. dan Omari S. ( 1990 ) dan K. T. Sirait ( 1987 ) kerusakan tersebut diakibatkan oleh:
1. Pengaruh tegangan induksi sambaran petir
a) Harga maksimum tegangan induksi, mengakibatkan kerusakan pada suatu MOSFET, apabila tegangan maksimum induksi tersebut melebihi tegangan lapisan batas yang diijinkan.

b) Impuls tegangan induksi, , mengakibatkan kerusakan pada suatu transistor akibat energi impuls tegangan induksi melebihi batas energi yang diijinkan didalam lapisan batas transistor.

dengan Wg energi pada lapisan batas dan ug tegangan pada lapisan batas pada arah konduktif.

c) Impuls kuadrat tegangan induksi, , menyebabkan kerusakan pada tahanan R akibat adanya energi yang memanaskan tahanan tersebut sebesar

d) Kecuraman tegangan induksi maksimum, , mengakibatkan kerusakan MOSFET, sebab parameter ini akan menghasilkan arus yang melebihi arus gerbang yang diijinkan.

Pengaruh Kecuraman Pulsa Pada MOSFET
2. Pengaruh arus induksi sambaran petir
a) Harga maksimum arus induksi i, mengakibatkan rusaknya dioda akibat besar arus yang melebihi arus balik yang diijinkan memasuki dioda.


b) Muatan listrik dari arus induksi , mengakibatkan kerusakan pada transistor akibat energi yang diterima transistor melebihi energi yang diijinkan pada lapisan batas

dengan Ug tegangan dioda dari lapisan batas pada arah koduktif.
c) Impuls kuadrat arus induksi, , akan mengakibatkan kerusakan pada tahanan akibat menerima energi yang melebihi ambang batas energi tahanan.

d) Kecuraman arus induksi maksimum , mengakibatkan rusaknya MOSFET akibat tegangan induksi yang dihasilkan melebihi ambang batas tegangan titik batas sambungan

Selain dapat merusak komponen elektronika maka tegangan tinggi terpa petir dapat pula merusak sistem isolasi dari peralatan yang tersambar.
Dari studi yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa gelombang impuls petir dapat menimbulkan kerusakan baik pada komponen elektronikanya maupun sistem isolasinya.

Disarikan dari Artikel Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng (Guru Listrik-Teknik Listrik Perminyakan)


Penangkal Petir dan Pengetanahan


1. Penangkal Petir Eksternal
Berbagai usaha dilakukan oleh tiap stasiun pemancar dan pemilik gedung-gedung yang tinggi untuk melakukan proteksi terhadap surja petir. Dimana untuk memasang suatu sistem penangkal ini dibutuhkan beberapa komponen utama seperti, air terminations (ujung penangkal), down conductors (penghantar turun), dan earth terminations (ujung pengetanahan).

1.1. Ujung Penangkal
Ujung Penangkal atau yang lebih sering disebut finial adalah perangkat utama yang akan melakukan kontak langsung terhadap sambaran petir di udara. Oleh sebab itu, ujung finial sebagai ujung tombak penangkap muatan di tempat tertinggi pada bangunan-bangunan stasiun pemancar dan bangunan lainnya. Untuk tiap sistem bentuk dari finial dapat bervariasi tergantung dari pabrik dimana finial tersebut diproduksi, pemilihan bahan dapat disesuaikan dan melalui pendekatan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang PIPP (Pengawasan Instalasi Penyalur Petir). Demikian halnya dengan penghantar penurunan dan ujung pengetanahan. Tiap sistem memiliki bentuk dan ukuran finial yang berbeda, hal ini karena disesuaikan dengan kebutuhan, baik tingkat proteksi, estetika bangunan, keamanan dan faktor-faktor lainnya. Beberapa bentuk finial yang beredar khususnya di Indonesia menunjukkan bahwa tiap perusahaan dapat memproduksi ujung penangkal yang sama tipe-nya tapi beda bentuknya.

1.2 Penghantar Turun
Penghubung antara ujung penangkal dengan pengetanahan adalah penghantar turun ini. Pada umumnya untuk hubungan ini dipakai kawat konduktor jenis bare copper (tembaga telanjang) BC-60, BC-50 atau yang lebih besar yaitu menara sebagai konduktor arus petir ke tanah.
Pemanfaatan menara sebagai konduktor tidak dapat diandalkan mengingat bahwa sambungan komponen-komponen penyusun menara itu sendiri terkadang dalam keadaan terisolasi dengan pelapisan cat. Di tambah sifat bahan yang pada umumnya adalah korosif. Jadi dirasa perlu untuk menambahkan konduktor yang secara langsung terhubung ke pengetanahan.
Penghantar penurunan dapat memakai kabel ataupun plat logam dimana umumnya memakai tembaga atau alumunium. Untuk kabel tentunya lebih fleksibel dan mudah untuk dipasang sedang plat mempunyai kelebihan impedansinya yang lebih rendah. Penghantar yang telanjang tentunya mempunyai resiko terjadi tegangan pindah yang tinggi karena tidak ada isolasi.

1.3 Ujung Pengetanahan Dan Sambungan
Pengetanahan peralatan atau “earth terminations” yang dimaksud adalah “pengetanahan bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak dilalui arus”.Ujung pengetanahan yang dimaksud adalah elektroda pengetanahan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah adanya pembatasan tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan dengan tanah sampai pada harga yang tidak membahayakan baik dalam keadaan normal maupun tidak. Selain itu agar didapat impedansi sekecil mungkin untuk jalan balik arus hubung singkat ke tanah.
Dengan demikian ujung pengetanahan adalah suatu elektroda yang tertanam ke tanah dengan metoda tertentu untuk mencapai tujuan di atas dan dengan demikian maka arus yang turun dari konduktor dapat mengalir ke tanah dengan sebaik mungkin.
Sambungan yang dimaksud adalah bonding antara kabel ke kabel dan kabel ke konduktor lain. Hal ini juga mendapat perhatian sebab kegagalan sambungan juga dapat menghalangi kinerja dari suatu sistem proteksi petir.

2 Berbagai Tipe Penangkal Petir
Penerapan sistem penangkal petir di lapangan, pada prakteknya sangat bervariasi baik dipengaruhi faktor klimatologi, geografi, ekonomi bahkan juga kulturnya. Jadi pastilah tidak semua sistem yang sudah ada akan mengikuti idealisme penerapan teknologi sistem yang baru karena disesuaikan dengan kebutuhan dan atas pertimbangan tertentu.

Faktor-faktor ini seringkali cukup menarik perhatian para pengguna sistem, sehingga berbagai macam tipe penangkal petir perlu dipahami dimana letak perbedaannya.

2.1 Penangkal Petir Franklin.
Pengamanan bangunan terhadap sambaran kilat dengan menggunakan sistem penangkal petir Franklin merupakan cara yang tertua namun masih sering digunakan karena hasilnya dianggap cukup memuaskan, terutama untuk bangunan-bangunan dengan bentuk tertentu, seperti misalnya : menara, gereja dan bangunan-bangunan lain yang beratap runcing.
Telah banyak buku-buku atau paper-paper yang membahas mekanisme kilat, biasanya bila pada awan terjadi aktivitas pembentukan atau pengumpulan muatan, maka pada permukaan bumi ( merupakan bayangan dari awan ) terinduksi muatan dengan polaritas yang berlawanan itu, timbulah medan listrik yang amat kuat diantara awan dan bumi. Medan listrik yang amat kuat itu menyebabkan obyek-obyek di permukaan bumi yang letaknya relatif tinggi seperti misalnya puncak pohon, ujung atap bangunan dan sebagainya serentak melepaskan muatan yang berasal dari bumi berupa ion-ion positif. Ion-ion ini membentuk saluran seperti pita udara yang bergerak ke arah pita yang dibentuk oleh ion-ion yang berasal dari muatan negatif dari awan. Bila kedua ujung pita ini bertemu di suatu titik udara, maka terjadilah sambaran balik.
Berdasarkan atas teori ini, Franklin menempatkan sebuah batang penangkal petir dengan ujungnya dibuat runcing di bagian teratas dari bagian yang akan dilindungi. Ujung batang penangkal petir ini dibuat runcing dengan tujuan agar pada keadaan dimana terjadi aktivitas penumpukan muatan di awan, maka diujung itulah akan terinduksi muatan dengan rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan rapat muatan dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-bagian lain dari bangunan, dengan demikian dapat diharapkan bahwa kilat akan menyambar ujung dari batang penangkal petir itu terlebih dahulu.

Batang penangkal petir ini kemudian di ketanahkan melalui penghantar turun ke elektroda pengetanahan. Tujuan dari penghantar turun dan elektroda pengetanahan adalah sebagai jalan “ by pass “ bagi muatan bumi dan juga arus kilat untuk keluar atau memasuki bumi sehingga muatan bumi atau arus kilat tidak mengambil jalan melalui bagian-bagian lain dari bangunan yang bersangkutan.

2.2 Sangkar Faraday
Sistem pengaman bangunan terhadap sambaran kilat dengan menggunakan sistem Sangkar Faraday merupakan pengembangan dari sistem penangkal petir Franklin, sehingga dalam banyak segi, prinsip kerja dari sistem Sangkar Faraday dapat dikatakan sama dengan sistem penangkal petir Franklin.
Perbedaannya hanyalah terletak dalam segi penggunaan Ujung Penangkal dimana bila pada sistem penangkal petir Franklin digunakan batang-batang penangkal petir yang vertikal, maka pada sistem Sangkar Faraday digunakan konduktor-konduktor horisontal.
Sambaran kilat biasanya mengenai bagian-bagian yang runcing atau ujung-ujung dari atap bangunan, hal ini disebabkan karena pada bagian-bagian inilah terdapat rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan rapat muatan dari bagian-bagian atap yang lain dari bangunan tersebut. Oleh karena itu maka pada bagian-bagian yang berbahaya tersebut perlu dipasang konduktor horisontal yang berfungsi sebagai obyek sambaran kilat, sehingga bagian-bagian lain dari atap bangunan tersebut terlindung.
Untuk bangunan-bangunan yang beratap luas, perlu ditambahkan beberapa konduktor horisontal lagi diantaranya. Konduktor-konduktor itu harus terhubung secara listrik satu dengan yang lain.

Ini adalah prinsip dari Sangkar Faraday dimana konduktor-konduktor horisontal yang dipasang di bagian teratas lalu terhubung melalui konduktor saluran ke tanah dan terhubung ke elektroda pengetanahan dari bangunan seolah-olah membentuk sangkar pelindung yang melindungi bangunan tersebut terhadap induksi atau masuknya muatan dari luar yang membahayakan bangunan tersebut.
Untuk memperbaiki sistem Sangkar Faraday ini perlu ditambahkan beberapa batang penangkal petir yang pendek (finial) pada bagian-bagian dari atap bangunan yang diperkirakan mudah tersambar kilat, finial ini dihubungkan secara listrik dengan konduktor horisontal yang terdekat ( tujuan dari pemasangan finial ini adalah untuk memperlancar mengalirnya arus muatan dari bumi ke awan dan sebaliknya dari awan ke bumi ).
Cara pemasangan konduktor-konduktor baik mendatar maupun menurun tentunya haruslah diperhitungkan kemungkinan tegangan pindah yang terjadi, agar tidak membahayakan. Kalaupun ingin mencegah tegangan pindah ini dapat mempertimbangkan pemakaian kabel coaxial atau triax walaupun secara estetika gedung dan ekonomis tidak memenuhi kebutuhan.
Untuk gedung yang dipenuhi peralatan elektronik sangkar Faraday atau Franklin tidak dianjurkan karena medan yang ditimbulkan ketika terjadi sambaran dapat memperpendek waktu kerja perangkat elektronik terutama untuk perangkat yang memakai sinyal.

2.3 Sistem Penangkal Petir Dengan Unsur Radioaktif sebagai Ujung Penangkal
Penggunaan unsur radioaktif dalam sistem penangkal petir baru dikenal orang pada tahun 1914, inspirasi penggunaan radioaktif dalam sistem penangkal petir pertama kali dikemukakan oleh seseorang dari Hungaria yaitu Szillard J.B. pada “ Academy of Sciences “ di Paris pada tanggal 9 Maret 1914 dalam papernya yang berjudul Sur un paratonnerre au Radium. Sejak saat itu bermacam-macam sistem penangkal petir menggunakan unsur radioaktif dikembangkan lebih dalam. Pada Tahun 1972, Baatz mengembangkannya dengan Americium 241 dan tentunya melalui berbagai penelitian dengan mempertimbangkan hasil penelitian dari Müller Hillebrand (1962) dianggap lebih tidak berbahaya dibanding sumber ionisasi lain seperti Cobalt, Krypton, Radium dan Plutonium.
Pada prinsipnya, sistem penangkal petir diatas sama dengan sistem penangkal petir Franklin, hanya dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan memperlengkapi kepala dari batang penangkal petirnya dengan unsur radioaktif yang memancarkan sinar alpha dengan intensitas yang cukup besar sehingga mampu mengionisasi udara di sekitar kepala batang penangkal petir tersebut.
Ada tiga pokok yang penting untuk diketahui, yaitu :
a. Ionisasi :
Proses disintegrasi dari unsur radioaktif biasanya disertai oleh pancaran sinar alpha, beta dan gamma. Sinar alpha mempunyai susunan atom yang sama dengan unsur helium, bermuatan positif sebesar + 2 atau q = 3.210–19 C dengan massa 6.6510–27 kg. Sinar beta terdiri atas elektron-elektron dengan muatan q = 1.6  10 –19 C dan massanya 9.1  10 –31 kg. Sinar alpha serupa dengan sinar X.
Kemampuan mengionisasi dari sinar-sinar  :  :  adalah 10000 : 100 : 1, jadi walaupun jarak radiasi dari sinar  hanya beberapa cm saja, namun karena kemampuan mengionisasi udara sinar  sangat besar maka dalam penggunaan unsur radioaktif pada sistem penangkal petir, sinar  mempunyai arti yang paling penting.
b. Ionisasi tumbukan pada keadaan dimana terjadi penumpukan muatan di awan, antara awan dan bumi timbul medan listrik yang kuat. Ion-ion yang berasal dari udara yang diionisasi oleh sinar , dengan adanya medan listrik tersebut akan mendapat percepatan yang sanggup melepaskan ion-ion dari atom-atom udara yang berada di sekitarnya. Demikianlah terjadi tumbukan secara terus-menerus yang merupakan reaksi berantai yang disebut ionisasi tumbukan.
c. Gradien tegangan di udara : pada keadaan terjadi penumpukan muatan di awan., gradien tegangan udara antara awan dan bumi akan naik, sedangkan gradien tegangan yang besar ini sangat mempengaruhi pembentukan ion-ion di udara. Gradien tegangan yang diperlukan agar terjadi ionisasi tumbukan adalah minimum 40 kV, dengan ketinggian kepala dari batang penangkal petir 20 m dari permukaan tanah, terlihat bahwa gradien di tempat tersebut dapat mencapai 400 kV sehingga hal ini dapat memastikan ionisasi tumbukan terjadi.
Ketiga uraian yang baru lalu menggambarkan proses kegunaan dari unsur radioaktif pada sistem penangkal petir. Bila ion-ion yang dihasilkan dalam proses berantai itu bertemu dengan ion-ion yang berasal dari awan , maka terjadilah sambaran kembali yaitu mengalirnya arus kilat melalui jalan yang dibentuk oleh ion-ion tadi ke bumi. Untuk memenuhi keperluan tersebut cukup dengan cara menempatkan lempengan yang mengandung zat radioaktif berlapis emas dan paladium pada posisi sekeliling ujung finial biasa.
Namun pada penelitian lebih lanjut ternyata tetap memberi kemungkinan membahayakan manusia karena radiasinya ditambah lagi oleh Cassie (1969) telah memperhitungkan secara teknis dan menyimpulkan bahwa pemakaian radioaktif tidak terlalu efektif. Untuk pemasangan sistem ini di Indonesia telah diatur dan pemasangannya dilarang sesuai keputusan Menaker dan Dirjen BATAN No. 45/DJ/31/III/77 tentang pemakaian, bersama membuat surat keputusan no.Kep.1880/Men./1987-PN 00 01/193/DJ/97 tentang “Penertiban izin pemakaian penangkal petir radioaktif dan larangan pemasangan yang baru”,
Resiko yang terjadi selama pemasangan adalah disaat terjadi lecet/kelainan/ tergores karena kesalahan manusia, tiupan angin, penyinaran partikel berat alpha dan pengaruh lainnya pada pelindung zat radioaktif tersebut. Ketika terjadi hujan maka wadah radionuklida akan tercuci sehingga menghasilkan air encer yang terkontaminasi yang selanjutnya dapat mencemari tanah.
Sehubungan dengan resiko dan larangan pemasangan maka Menaker juga mengeluarkan JUKLAK pelaksanaan pembongkaran penangkal petir radioaktif yang meliputi instansi yang boleh membongkar, cara pembongkaran, cara pengiriman dan lain-lain.

3 Sistem Pengetanahan
Sistem pengetanahan dilakukan agar arus petir dapat dialirkan langsung ke tanah. Maka tahanan pengetanahan haruslah sekecil mungkin agar jatuh tegangan penghantar dan elektroda pengetanahan kecil, sehingga menghindari tegangan langkah yang berbahaya.
Tiga faktor yang mempengaruhi besar dan kecilnya tahanan pengetanahan adalah sistem pengetanahan yang diterapkan, hubungan logam-logam dalam bangunan dengan elektroda-elektroda pengetanahan dan karakteristik dari tanah dimana sistem tersebut diterapkan.
Beberapa aturan yang dipakai pada sistem pengetanahan guna meng-antisipasi kegagalan penyaluran arus petir ke tanah, yaitu:
1. Elektroda pengetanahan dapat berupa elektroda plat pita, batang atau pondasi, untuk plat pita ditanam sekurangnya 50 cm dari permukaan tanah dan menyebar dengan sudut antar pita minimum 60. Untuk pondasi, digunakan untuk pengetanah instalasi penangkap petir, dan dilengkapi penyambung khusus antara elektroda dengan penghantar turun.
2. Pipa-pipa air minum yang ada bagian-bagiannya yang mengandung plastik dan pipa-pipa gas tidak boleh dihubungkan dengan sistem, material logam yang berjarak kurang dari 20 meter dan terutama berjarak kurang dari 2 meter dihubungkan ke sistem. Bila ada bagian metal dari instalasi bangunan atau sistem tenaga yang tidak dapat terhubung ke sistem maka dapat diketanahkan dengan tahanan pengetanah maksimum adalah lima kali jarak terkecil antara bagian-bagian metal dengan hantaran penangkal petir di atas tanah. Elektroda pengetanah instalasi penangkap petir dapat dijadikan satu dengan elektroda pengetanah instalasi listrik dengan tegangan kerja dibawah 1000 volt.
3. Penanaman elektroda tanah dihindarkan dari daerah yang dilalui pipa-pipa uap air (sumber panas), dijauhkan dari pintu keluar atau masuk suatu gedung untuk menghindari tegangan langkah, atau dapat dilakukan pemasangan lapisan permukaan pijak yang berisolasi (batu koral, dan lain-lain).
Untuk menentukan perencanaan pemasangan maka beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besar arus gangguan yang mungkin terjadi, luas tanah yang bisa dipakai, resistivitas atau tahanan jenis tanah, bentuk-ukuran-jenis konduktor elektroda pengetanahan yang dipakai.

3.1 . Resistivitas Tanah
Tanah dimana suatu elektroda pengetanahan ditempatkan haruslah mempunyai impedansi yang rendah. Besar resistansi tersebut adalah:

dimana  adalah resistivitas dari material terkonduksi, l adalah panjang jejak yang dilalui arus di bumi dan A adalah penampang dari jejak terkonduksi. Selanjutnya I adalah arus pada elektroda dan E adalah tegangan dari elektroda.
Tanah yang berada dibumi mengandung bebatuan dan kandungan berbagai larutan mineral. Ketika arus berjalan didalam tanah sebagai pergerakan ion maka konduksi ionik yang terjadi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari jenis kandungan mineral pada lembaban tanah. Peristiwa ionik ini terjadi ketika mineral didalam tanah terlarut dan gerakan dari ion-ion pengaruh dari potensial elektrik yang menyebabkan suatu media mampu mengkonduksi secara elektrik.
Untuk menganalogikan lebih jelas maka resistivitas diartikan dalam resistansi elektrik dari sebuah kubus dengan material yang homogen, dimana resistansinya sebanding resistivitas material dan berbanding terbalik dengan panjang dari salah satu sisi dari kubus tersebut. Maka dapat resistansinya dapat dirumuskan sebagai:
( 2)
dimana,
 = Resistivitas material, ohm – (dalam satuan panjang)
L = Panjang rusuk kubus, (dalam satuan panjang) dan
A = Luas salah satu sisi kubus, (dalam kuadrat satuan panjang).
Berbagai macam jenis resistivitas muncul sebagai fungsi dari tipe tanah, dan diklasifikasikan dalam beberapa tipe tanah yang tergolong berpotensi untuk ditanami elektroda pengetanahan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 .

Tabel 1
Perkiraan Resistivitas Tanah

Tipe-tipe Tanah Resistivitas
(ohm-m) (ohm-cm) (ohm-ft)
Tanah Organik yang Basah 10 103 33
Tanah Lembab 102 104 330
Tanah Kering 103 105 3300
Bebatuan 104 106 33000

Sedangkan untuk tanah dengan kadar air maka resistivitas air juga diperhitungkan, oleh formulasi empiris dari Hummel (Münger, 1940)

dimana  adalah resistivitas tanah dalam ohm-meter, v adalah resistivitas air dalam tanah dalam ohm-meter dan p adalah volume relatif air di tanah. Secara ekperimental dipakai untuk p adalah nilai 0,1. Jika pada kondisi tertentu p = 0 maka persamaan akan berkesan tidak benar dengan kata lain untuk tanah yang kering akan mempunyai resistivitas yang tinggi sekali.
Nilai resistivitas ini sangat bervariasi ditiap kondisi geografis tetapi tiap negara akan mempunyai cirinya dan secara umum resistansi juga didapat dari fungsi panjang yang ditunjukkan pada gambar 3.3. Selain itu rumusan akan juga dipengaruhi bentuk dari elektroda yang dipilih

3.2 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah
Terdapat dua macam metoda pengukuran yang umum dipakai yaitu metoda tiga titik dan metoda empat elektroda seperti pada gambar 3.4 dan 3.5. Metoda tiga titik yang dimaksud adalah titik pertama sebagai elektroda tes, kedua sebagai probe (pemeriksa) dan elektroda auxiliary (pembantu).
Seperti pada gambar 4 , tahanan pada elektroda tes didapat dari potensial di antara titik tes dengan probe dibagi arus antara titik tes dengan “aux”, dengan syarat haruslah mengatur posisi elektroda probe agar didapat besar resistansi total antara titik tes ke probe dan titik tes ke “aux” sama dengan besar resistansi antara titik probe ke “aux”.

Untuk metoda empat elektroda, elektroda-elektroda ini ditanam dengan jarak yang sama (D) dan dengan R adalah dari hasil perhitungan dari angka pada meter dimana potensial dibagi arus pada amperemeter. Adapun rumusan dari resistivitas adalah:
( 4)
Dalam usaha untuk membuat resistivitas yang baik agar didapat resistansi pengetanahan yang baik juga dapat dengan pemakaian zat kimia additive (tambahan) yang biasanya terdiri dari dua zat yang berbeda akan tetapi bila disatukan dan dikombinasikan di tanah maka akan membentuk campuran seperti jeli dengan resistivitas rendah.

3 Elektroda Pengetanahan
Pengetanahan atau pembumian secara umum dipahami sebagai penanaman elektroda dengan berbagai macam bentuk sesuai kebutuhan atau keinginan. Macam-macam pengetanahan antara lain yaitu penanaman batang konduktor tegak lurus dengan permukaan tanah, penanaman batang konduktor horisontal sejajar dengan permukaan tanah dengan kedalaman tertentu karena daerah berbatu dan tidak bisa ditanami batang vertikal. Pengetanahan dikembangkan menjadi bentuk kisi-kisi horisontal yang lebih menguntungkan. Tujuan awal adalah mendapatkan tahanan kontak yang kecil, dengan demikian maka dalam prakteknya ketika seseorang menanam satu batang vertikal ke tanah dan diukur ternyata tahanannya masih besar maka dengan berbagai usaha seperti menambah konduktor ataupun lainnya haruslah mendapat resistansi dibawah “5 ohm”.

Dari pembahasan sebelumnya jelaslah bahwa secara matematis untuk mendapatkan nilai resistansi R dari elektroda pengetanahan haruslah mempunyai parameter yang meliputi:
1. Resistivitas tanah
2. Resistivitas air tanah
3. Dimensi elektroda pengetanahan
4. Ukuran elektroda pengetanahan

Pada praktek, seringkali untuk mempersingkat waktu serta didukung kondisi tanah di pulau Jawa pada umumnya basah yang berarti ber-resistivitas rendah maka dipakai cara trial and error (dicoba sampai hasil terbaik) dibantu dengan alat ukur. Apabila bangunan dilihat dari segi struktur, konstruksi, tinggi, situasi dan pengaruh kilat ternyata mempunyai indek perkiraan bahaya (=R) yang besar maka pengukuran haruslah seideal mungkin dilakukan.

4 Sambungan
Bonding (penyambungan) memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kestabilan sistem penangkal petir, kegagalan sambungan dapat menyebabkan kegagalan sistem. Sambungan yang dimaksud dapat berupa sambungan dengan braze (solder), weld (las), bolts (penyekrupan), rivet (keling) dan sebagainya yang menghubungkan konduktor ke bahan konduktor lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dari suatu bonding adalah pemilihan bahan konduktor baik secara elektris maupun mekanis. Tinjauan elektris yang dimaksud tentunya adalah memperkecil gangguan akibat getaran maupun lompatan bunga api dan juga kekuatan sambungan terhadap arus yang melaluinya.

Tinjauan secara mekanis adalah bagaimana lama pemakaian, tingkat pengaruh korosi, getaran atau tarikan secara tidak sengaja, tempa ataupun tekanan gaya berat.
Terdapat dua macam penyambungan yaitu penyambungan langsung yaitu dengan las, baut, solder dan keling dan sambungan tidak langsung yaitu dengan strap (ikatan). Adapun besar resistansi bonding antara jenis metal yang dipakai diambil rata-rata seperti pada tabel berikut, brass (campuran seng dan perunggu).

Tabel 2
Resistansi DC Dari Sambungan Langsung

Komposisi Sambungan Resistansi (mikro-ohm)
Brass - Brass 6
Alumunium - Alumunium 25
Brass – Alumunium 50
Brass – Baja 150
Alumunium – Baja 300
Baja - Baja 1500

Pembersihan permukaan haruslah dilakukan agar penyambungan dapat lebih baik, karena di atas permukaan logam sering didapati materi padat seperti debu, kotoran/kerak, dan sebagainya. Selain itu juga didapati campuran organik seperti cat, minyak, dan sebagainya. Untuk membersihkan dapat menggunakan kertas gosok, sikat tembaga, skrap dan peralatan semacam, setelah itu bisa dikeringkan dengan cairan pembersih atau pengering lainnya.

5 Daerah Tangkap
Captive area yang diterjemahkan sebagai daerah tangkap dengan definisi yaitu daerah dimana bila sambaran pelopor masuk maka pastilah upward streamer (pita naik) akan diluncurkan dari bangunan itu. Hal ini dapat digambarkan sebagai sebuah gedung dimana tiap ujung atau sudutnya mempunyai radius atraktif (daya tarik) terhadap sambaran. Dalam perhitungan daerah tangkap media atau bahan atap dari bangunan tidak dibahas lebih dalam namun mengambil nilai-nilai untuk pendekatan saja.
Tiap sudut luar bangunan bagian atap sesuai dengan bentuknya mempunyai kemampuan untuk menarik dengan radius tertentu. Hal ini juga bergantung pada tinggi dari gedung itu sendiri, sebagai contoh dalam tabel 4.3 untuk bangunan dengan tinggi 10 meter atap datar berisolasi mempunyai radius atraktif rata-rata 41 meter. Sedangkan untuk bangunan dengan isolasi dan atap sama dengan tinggi 50 meter dapat mempunyai radius atraktif sebesar rata-rata 78 meter. Hal ini digambarkan pada gambar 6.
Angka-angka yang dipakai dihitung berdasarkan fungsi tinggi bangunan yang selanjutnya dijelaskan di bab berikutnya. Daerah tangkap ini akan diperhitungkan dalam usaha mengetahui kemungkinan sambaran pada suatu gedung atau menara dilingkungan dengan geografis, dan faktor-faktor lain tertentu. Dengan demikian dapat mempermudah kita dalam menentukan suatu sistem yang akan dipakai dan mengetahui seberapa penting memakai sistem penyetara tegangan yang dimaksud

Sebagai contoh perhitungan daerah tangkap yaitu suatu bangunan dengan panjang dan lebar yaitu 45 m dan 30 m, tinggi bangunan tersebut 9,5 m maka CA atau captive area dapat dirumuskan sebagai CA = (L + 2R)(W + 2R) dengan demikian didapatkan angka yaitu 13760 m2 dengan R atau radius mengambil nilai 40 m.

Tabel 3
Radius Atraktif Berdasar Fungsi Tinggi Gedung

Tinggi Gedung (m) Rata-rata Radius (m)
5 30
10 41
15 50
20 56
30 68
40 73
50 78

Untuk bangunan dengan bentuk lingkaran misalnya cerobong atau tanur dapat dihitung dengan CA =  (Ra + R)2 dimana Ra adalah radius dari lingkaran bangunan jadi bila diameter bangunan 15 m dan tinggi 30 m maka radius tiap titik pejalnya yaitu 66 m maka daerah atraktifnya adalah 20.600 m2. Seperti yang sudah dijelaskan maka beberapa patokan untuk R dapat dilihat pada tabel 2.
Untuk bentuk lainnya tentunya mempunyai perhitungan lebih rumit berdasarkan analitik dari bentuk dasarnya sesuai dengan rumusan matematis sederhana.

5.1 Perlindungan Bangunan Terhadap Petir
Perlindungan bangunan terhadap petir adalah suatu masalah umum yang akan dilakukan baik untuk melindungi isi gedung maupun sekitar gedung. Agar bangunan yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung maupun tidak langsung maka berbagai upaya dilakukan. Karena konstruksi dan bentuk bangunan mempunyai banyak keragaman maka perlu adanya suatu aturan umum untuk acuan dalam merencanakan sistem pelindung terhadap sambaran petir.
Aturan instalasi yang sudah ada dan banyak dipakai diantaranya adalah standart Inggris ( BS code of Practice cp 326 1965 ) dan standart Jerman VDE. Sedangkan di Indonesia atas prakarsa Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan ( DPMB ) yang bekerjasama dengan LAPI ITB telah pula menerbitkan standarisasi Penangkal Petir khusus bangunan, dengan ketua team penyusun Doctor Ing. K.T Sirait.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir, antara lain :
• keamanan secara teknis
• penampang penghantar-penghantar pengetanahan
• ketahanan mekanis
• ketahanan terhadap korosi
• bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
• faktor ekonomis
Dalam perencanaan menentukan letak penangkal petir dan ketinggiannya agar didapatkan perlindungan terhadap petir yang efektif, secara umum bangunan digolongkan berdasarkan dua hal yaitu bentuk atap bangunan dan bahan dari atap bangunan.
Bentuk atap bangunan secara sederhana dapat digolongkan menjadi bentuk atap datar, bentuk atap runcing, bentuk atap dengan bangunan-bangunan kecil ( cerobong asap, antena dan lain-lain ) diatasnya dan bentuk tak teratur. Sedangkan bahan atap digolongkan menjadi : bahan atap bukan logam, atap yang sebagian mempunyai komponen logam, atap dari bahan logam.
Secara umum peraturan menentukan letak pangkal petir dengan sistem konvensional yaitu:
1. Bangunan dengan atap datar, bangunan-bangunan yang mempunyai selisih tinggi antara bangunan dengan lisplang kurang dari 1 m.
Prinsip perlindungan yang dipakai adalah cara Sangkar Faraday
• Sebagai penangkap petir adalah hantaran penyalur mendatar.
• Hantaran-hantaran penyalur utama mendatar dipasang pada atap, sepanjang tepi, sudut-sudut dan bagian runcing dari atap bangunan dan bagian- bagian yang menonjol.
• Jarak maksimal antara dua hantaran mendatar yang sejajar 15 m.
• Untuk memperbaiki sistem Sangkar Faraday, ditambah penangkap petir finial pada ujung sisi dan bagian yang mudah disambar petir. Jarak maksimum antara dua buah finial pada hantaran mendatar 5 m dengan tinggi minimum 20 cm.

2. Bangunan dengan atap runcing yaitu suatu atap dengan beda tinggi antara bumbungan dan lisplang lebih besar dari 1 meter.
• Jika lebar bangunan kurang dari 12 m cukup dipasang penangkal petir sepanjang bubungan dan hantaran paling sedikit dua buah pada jurainya.
• Jika lebar bangunan lebih besar 12 m, pada semua jurai dan lisplang dipasang penangkap petir.
• Penangkap petir batang tegak dipasang sepanjang bumbungan dengan jarak antara maksimum 5 m dan tinggi minimum 30 cm.
Atap bangunan dengan bangunan-bangunan kecil di atasnya, misalnya cerobong asap, bangunan lift dan lain-lain.
• Jika terbuat dari logam dapat dipergunakan sebagai penangkap petir dan dihubungkan oleh hantaran penghubung ke hantaran penyalur petir.
• Bangunan cerobong asap harus dipasang pelingkar puncak atau dua batang penangkap petir jika panjang penampang cerobong lebih besar dari 1,2 m. Jika penampang kurang dari 1,2 m dapat dipasang penangkap petir batang tunggal.
Atap bangunan dimana terdapat bagian-bagian dari logam misalnya pada jurai, lisplang, maka bagian-bagian logam ini dapat dipakai sebagai penangkap petir dengan persyaratan luas penampang penghantar minimum, dapat diandalkan secara listrik dan mekanis.
Atap bangunan dari logam:
• Jika dipakai sebagai penangkap petir, maka tebal minimum 0,5 mm jika terbuat dari tembaga atau setebal 0,8 mm untuk jenis logam lain.
• Jika tak dipakai sebagai panangkap petir maka penangkap petir dipasang sedemikan rupa sehingga tidak ada bagian atap yang berjarak lebih dari penangkap petir.
Untuk bangunan atap runcing dengan genteng keras bukan dari logam, pemasangan hantaran penyalur dibawah atap diijinkan jika tidak ada lapisan yang mudah terbakar dan bangunan bukan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar. Jarak penangkap petir antara 4 – 5 meter dengan tinggi minimum 30 cm diatas permukaan atap.
5.2 Hantaran Penyalur Petir
Hantaran penyalur petir benfungsi utama menyalurkan arus petir ke tanah. Disamping itu hantaran penyalur petir juga dapat berfungsi sebagai penangkap petir.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi hantaran utama tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam merencanakan hantaran penyalur petir adalah :
1. Persyaratan listrik dan mekanis .
2. Jumlah hantaran penyalur dan jarak antara.
3. Penggunaan material- material logam pada bangunan untuk hantaran penyalur.
4. Cara pemasangan dan masalah korosi.
Secara garis besar peraturan- peraturan tentang hantaran penyalur petir adalah sebagai berikut :
Penentuan jumlah hantaran penyalur dan jarak antara hantaran penyalur ditentukan berdasarkan ukuran dari bangunan
• Lebar bangunan lebih besar dari 12 m, diperlukan paling sedikit empat buah hantaran penyalur petir.
• Setiap bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 buah hantaran penyalur petir.
• Panjang bangunan lebih dari 20 m, diperlukan hantaran penyalur petir setiap mulai kelebihan dari 20 m. Jika lebar kurang dari 12 m tambahan ini hanya pada satu sisi, tetapi jika lebar lebih dari 12 m tambahan ini dipasang pada kedua sisi.
• Lebar bangunan lebih 20 m diperlukan tambahan sebuah hantaran penyalur pada kedua sisi untuk setiap kelebihan lebar 20 m.
Pada bangunan terdapat material-material dari logam ; seperti pipa air minum, pipa gas, konstruksi beton bertulang atau konstruksi rangka baja, dan lain-lain.
• Pipa air minum, bila semua terdiri dari logam dapat dipakai sebagai hantaran penyalur. Tetapi karena sudah banyak dipakai pipa plastik maka pipa air minum tak boleh dihubungkan dengan hantaran penyalur.
• Pipa gas tidak boleh dipergunakan sebagai hantaran penyalur petir.
• Benda-benda logam lainnya dapat dipakai sebagai hantaran penyalur dengan persyaratan mekanis, listrik dan ukuran minimum.
Dudukan hantaran penyalur harus terpasang dengan kuat dan bahannya sebaiknya sama dengan bahan hantaran agar tidak terjadi korosi. Sambungan antar hantaran harus kuat, baik secara listrik maupun mekanis dan memenuhi luas penampangnya.

Disarikan dari Artikel Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng (Guru Listrik-Teknik Listrik Perminyakan)