Jumat, 02 Januari 2009

Tahun 1995 Kilang Pertamina Cilacap Tersambar Petir


(Republika - Rabu, 25 Oktober 1995)
PULUHAN RIBU PENDUDUK MENGUNGSI, SEPULUH KILANG BBM CILACAP TERBAKAR CILACAP -- Kota Cilacap kemarin bagai menjadi lautan api. Tak kurang dari 10 tanki penyimpan bahan bakar minyak (BBM) di kompleks kilang milik Unit Pemasaran Dalam Negeri (UPDN) IV Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, terbakar sejak sore, Selasa, 24 Oktober 1995 sekitar pukul 15:05, akibat tersambar petir. Suasana di tengah hujan deras itu segera menggerakkan penduduk setempat untuk mengungsi. Mereka sebelumnya sempat kaget oleh suara ledakan kuat yang terdengar hingga radius lima kilometer. Hawa panas menyergap daerah sekitar kompleks kilang, sementara asap tebal membumbung ke angkasa. Langit tampak merah. "Begitu saya tahu itu suara ledakan kilang minyak, langsung saya larikan anak dan isteri ke tempat yang aman," tutur Rustanto, petugas dari Polsek Cilacap Tengah. Pengungsian hingga tadi malam masih berlangsung -- juga usaha memadamkan api. Puluhan ribu penduduk yang berdiam di sekitar daerah bahaya berlindung ke tempat-tempat yang aman. Karena panik, mereka hanya membawa pakaian yang melekat di badan, sementara harta benda dibiarkan tertinggal. Mereka memenuhi halaman pendopo Kabupaten, gedung PKK, aula Sospol, gedung remaja, Balai Kotatip, kompleks Kodim, dan eks kawasan Batalyon. "Para pengungsi cukup banyak. Saya tidak bisa memperkirakan, karena saya dan keluarga sekarang juga jadi pengungsi," ujar Sekwilda Cilacap, Munir, yang mengaku rumahnya tak jauh dari lokasi kebakaran. Menurut Munir, untuk menampung pengungsi Pemda telah membangun dapur umum, menyiagakan PMI, rumah sakit, dan dinas sosial. Unit-unit keamanan pun, katanya, disiagakan di sekitar daerah pengungsian serta kawasan kilang yang terbakar. Untuk memberi makan pengungsi, masih kata Munir, Pemda telah meminta bantuan beras satu ton kepada Dolog, serta bahan lauk-pauk. Dilukiskannya, banyak pengungsi yang dihinggapi stres dan panik. "Namun mengenai korban jiwa saya belum dapat laporannya. Yang saya tahu, kebakaran ini hanya menimbulkan gelombang pengungsi saja," ujarnya. Keterangan-keterangan di tempat kejadian menyebutkan, awal kebakaran itu terjadi saat hujan deras berseling kilatan petir mengguyur Cilacap. Diduga, kilatan petir itu ada yang menyambar salah satu tanki -- seluruhnya ada 17 tanki berisi avtur. Menurut penuturan warga di dekat lokasi, ketika api menyambar salah satu tanki terdengar dentuman keras disusul bergetarnya rumah-rumah mereka. Kobaran api merambat cepat. Kira-kira lima jam kemudian api sudah menelan 10 tanki, dan terus berkecamuk. Regu pemadam kebakaran yang diterjunkan, baik oleh Pemda Kabupaten, Kotip, Pertamina, dll. (ada enam mobil pemadam kebakaran), serta dibantu antara lain oleh petugas dari Kodim 0703, tak sanggup menjinakkan kobaran api. "Api susah dikendalikan. Mungkin baru bisa padam setelah seluruh minyak avtur yang ada di dalamnya habis semuanya," tutur seorang petugas pemadam kebakaran. Menurut Rustanto, jarak kilang yang terbakar dengan pemukiman penduduk hanya 100-200 m. Ia memastikan penduduk di desa-desa yang mengelilingi kilang telah mengungsi. "Saya melihat tidak ada satu pun yang membawa harta benda. Mereka benar-benar panik," ujarnya. Untuk menjaga keamanan dan mencegah hal-hal yang tak diinginkan, satuan keamanan di Cilacap dan Banyumas dikerahkan untuk menutup areal di sekitar lokasi kebakaran, dengan radius hampir satu kilometer. Penduduk tak diperkenankan masuk. Untuk menuju ke lokasi kebakaran saja, hanya petugas dari Pertamina yang boleh masuk. Di samping itu, agar kobaran api tak merembet ke mana-mana, listrik di seluruh Cilacap sejak Magrib dipadamkan. Menurut Rustanto, kebakaran yang menimpa kilang BBM Pertamina Cilacap itu sudah yang ketiga kalinya, dan terhitung yang terbesar. "Saya mengira ada gempa bumi, eh, tidak tahunya kilang minyak Pertamina yang terbakar," ucapnya. Ia mengaku saat itu tengah duduk santai bersama anak dan isterinya di ruang tamu. Di luar hujan tumpah dari langit. Rustanto segera menyelamatkan anak dan isterinya ke Pendopo Kabupaten Cilacap begitu mengetahui suara ledakan berasal dari kilang BBM. "Saya nggak sempat menyelamatkan barang-barang," ujarnya. Munir berpengalaman serupa. "Ketika terdengar suara ledakan, saya pikir itu gempa bumi, karena tiba-tiba saja saya seperti terlempar. Dan rumah bergetar," katanya. Setelah mengetahui kejadian sebenarnya ia, dibantu ajudannya, segera menyelamatkan anggota keluarganya ke Pendopo Kabupaten. Rumah dinasnya di Jl. M.T. Haryono langsung dikosongkan. Di kabupaten sudah cukup banyak pengungsi. Munir mengaku segera mengontak Pembantu Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur Soewardi setelah tahu peristiwa itu. Soewardi disebutkannya bahkan sudah meninggalkan Semarang untuk menyaksikan langsung. Kilang Pertamina Cilacap terhitung yang terbesar di Indonesia. Kapasitas produksinya mencapai 300.000 barel per hari. Kilang ini dibangun dalam dua tahap, pada 1974 dan pada 1981. Selain BBM, kilang Pertamina Cilacap juga menghasilkan aspal dan minyak pelumas. wab/ink

Disarikan dari : http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1995/10/26/0009.html
http://tech.groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/message/21672

Tidak ada komentar: